UPdates—Skandal korupsi minyak mentah dan produk kilang di PT Pertamina mengejutkan publik setelah diungkap Kejagung awal pekan ini. Saat ini, sudah sembilan orang ditetapkan sebagai tersangka dan dijebloskan ke sel tahanan.
You may also like : 200 Mantan Pramugari Protes, DPR Minta Garuda Indonesia Beri Penjelasan
Dalam kasus memalukan ini, Kejaksaan Agung yang mengestimasi kerugian negara hingga Rp193,7 triliun sepanjang 2018-2023 menemukan praktik pengoplosan bahan bakar minyak (BBM) RON 88 dengan RON 92 yang dilakukan PT Pertamina Patra Niaga.
You might be interested : Tolak Praperadilan Tom Lembong, Emak-emak Protes Hakim
Praktik pengoplosan tersebut dilakukan di perusahaan milik raja minyak M Riza Chalid. Hasil dari BBM oplosan tersebut selanjutnya dijual ke pasar dalam negeri dengan harga BBM RON 92 atau Pertamax.
Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejagung Abdul Qohar mengungkap temuan itu saat mengumumkan dua tersangka baru yakni Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga Maya Kusmaya (MK) dan Vice President Trading Operation PT Pertamina Patra Niaga Edward Corne (EC) Rabu malam tadi.
Ia mengatakan, pengoplosan tersebut dilakukan di terminal PT Orbit Terminal Merak milik tersangka M Kerry Andrianto Riza (MKAR) dan Gading Ramadhan Joedo (GRJ). "Blending (oplos) produk kilang jenis RON 88 atau Premium dengan RON 92 atau Pertamax dilakukan di terminal atau storage PT Orbit Terminal milik tersangka MKAR dan tersangka GRJ," kata Qohar dalam jumpa pers dilansir keidenesia.tv, Kamis, 27 Februari 2025.
Wakil Ketua Komisi VI DPR Eko Hendro Purnomo mengaku prihatin dengan terbongkarnya kasus korupsi di PT Pertamina Patra Niaga ini yang menurutnya bakal mencoreng kredibilitas BUMN di Tanah Air. "Kami di Komisi VI DPR RI sangat prihatin dengan dugaan korupsi di PT Pertamina Patra Niaga yang melibatkan pengoplosan BBM dari Pertalite menjadi Pertamax," katanya sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari situs resmi DPR RI, Kamis, 27 Februari 2025.
Makanya, Politisi Fraksi PAN ini mendorong Kejaksaan Agung untuk mengusut tuntas kasus ini secara transparan. Tidak hanya itu saja, ia juga mendukung siapa pun yang terbukti bersalah harus dihukum sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
"Termasuk mengidentifikasi semua pihak yang terlibat, baik di tingkat manajemen maupun jaringan yang lebih luas," tandas legislator daerah pemilihan DKI Jakarta I itu.
Sementara itu, Plt Dirut Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra memberikan klarifikasi mengenai kualitas BBM yang mereka pasarkan dalam rapat di DPR RI kemarin.
Dalam penjelasannya, pihak Pertamina Patra Niaga mengungkapkan bahwa mereka mengimpor BBM dengan dua sumber, yakni dari kilang Pertamina dalam negeri dan dari luar negeri. Produk gasoline yang diterima dari kedua sumber tersebut, baik RON 90 maupun RON 92, sudah diterima dalam bentuk yang sesuai dengan spesifikasinya, tanpa adanya perubahan RON.
“Untuk Pertalite, kami menerima produk dalam bentuk RON 90, dan untuk Pertamax, produk yang diterima adalah dalam bentuk RON 92, baik dari kilang dalam negeri maupun dari impor. Kami juga menambahkan aditif pada Pertamax untuk meningkatkan kualitas dan performa produk,” jelasnya.
Pertamina juga menjelaskan bahwa setiap produk BBM yang diterima di terminal mereka telah melalui serangkaian pengujian kualitas, baik sebelum maupun setelah proses pengiriman. Pengujian rutin dilakukan di terminal-terminal Pertamina untuk memastikan bahwa produk yang sampai ke SPBU sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Mars Ega Legowo Putra juga menyatakan komitmennya dalam menjaga kualitas BBM yang dipasarkan di Indonesia, dan berkolaborasi dengan Kementerian Perdagangan serta Bareskrim untuk mengawasi kualitas BBM di lapangan. Mereka juga menekankan bahwa pengujian kualitas BBM di seluruh Indonesia dilakukan secara rutin oleh Kementerian ESDM, dalam hal ini Lemigas, untuk memastikan bahwa kualitas produk yang dijual di SPBU sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah.