UPdates—Sinyal bahaya bagi masa depan generasi muda bangsa. Data menunjukkan lonjakan drastis kasus HIV/AIDS yang menyerang remaja atau anak muda.
You may also like : 37 Fakta di Balik Kasus Dokter Bius dan Perkosa Anak Pasien: Pengantin Baru, 2 Sperma, Percobaan Bunuh Diri, hingga Fantasi Seks
Contoh kasus di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Berdasarkan data terbaru Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Majalengka, dari total 2.000 penderita HIV/AIDS di wilayah tersebut, 822 di antaranya adalah pelajar dan mahasiswa.
You might be interested : Ketua DPR Puan Maharani: Indonesia sudah Darurat Kekerasan Seksual
Dengan angka lebih dari 800 anak muda terjangkit di Majalengka, Ketua DPR RI, Puan Maharani menilai penyebaran HIV/AIDS di kalangan remaja sudah berada di level darurat.
“Fenomena peningkatan kasus HIV/AIDS di kalangan remaja dan anak muda tentunya menjadi keprihatinan kita bersama. Ini harus jadi warning bagi pemangku kebijakan untuk memperbaiki program-program edukasi reproduksi, khususnya untuk melindungi generasi muda kita,” kata Puan dalam keterangan tertulis di Jakarta sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari situs resmi DPR RI, Minggu, 25 Mei 2025.
Peningkatan jumlah pengidap HIV/AIDS di kalangan remaja dan anak muda ini menurut politikus Fraksi PDI-Perjuangan tersebut sangat mengkhawatirkan.
“Ini soal masa depan bangsa yang pelan-pelan terkikis karena kurangnya perlindungan bagi mereka. Anak-anak ini mestinya sedang belajar, bermimpi, tumbuh kuat. Tapi hari ini mereka sedang berjuang bertahan hidup,” ujarnya.
Perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu mengingatkan, Negara punya tanggung jawab menyediakan ruang aman bagi remaja untuk bertanya, belajar, dan mendapatkan informasi yang benar tentang tubuh mereka.
Termasuk terhadap risiko kesehatan seksual dan bahaya penyalahgunaan narkoba, yang bisa juga menyebabkan penyebaran HIV/AIDS.
"Edukasi seksual masih dianggap tabu, padahal keterbukaan justru bisa menyelamatkan nyawa. Belum lagi masalah penyalahgunaan narkoba yang juga masih menjadi pekerjaan rumah (PR) di Indonesia,” tegasnya.
Pemerintah kata Cucu Bung Karno itu tidak bisa lagi hanya mengandalkan imbauan moral semata.
"Anak-anak jadi takut bicara, malu berobat, atau enggan memeriksakan diri. Pemerintah harus berani memutus rantai stigma dan mulai bicara soal pencegahan, bukan hanya larangan. Harus ada pendekatan humanis yang dapat membangun kepercayaan mereka,” jelas Puan.
Selain itu, diperlukan juga intervensi nyata, sistematis, dan melibatkan lintas kementerian untuk mengatasi persoalan ini mulai dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, hingga Kementerian Sosial.
Menurut Puan, penanganan lonjakan kasus HIV/AIDS tidak bisa hanya diatasi oleh pemerintah daerah saja, tapi perlu dukungan pusat.
“Dibutuhkan komitmen bersama untuk memastikan anak-anak kita bertumbuh dalam lingkungan yang baik. Ini menjadi tanggung jawab bagi Pemerintah, dunia pendidikan, dan komunitas sosial budaya. Tentunya juga dari lingkungan terdekat mereka, yaitu keluarga,” katanya.
Mantan Menko PMK tersebut mengatakan, perlindungan generasi muda dari penyebaran HIV/AIDS harus dijadikan sebagai agenda nasional. Alasannya, setiap daerah pasti menghadapi tantangan yang sama.
“Kita ingin agar anak-anak muda sebagai generasi penerus bangsa punya jaminan masa depan yang baik. Ini yang harus dipastikan Negara dengan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan mereka, termasuk perlindungan kesehatan,” papar Puan.
Ia pun mendorong lahirnya program nasional lintas sektor untuk perlindungan kesehatan remaja, seperti skrining rutin di sekolah, pendampingan psikologis, serta layanan konseling yang aman dan tidak menghakimi.
"Kita tidak bisa terus menerus membiarkan anak-anak kita tumbuh dalam kebingungan, ketakutan, dan tanpa perlindungan. Mereka adalah generasi yang akan menggantikan kita. Kalau hari ini kita abai, besok yang kita wariskan hanyalah luka," tandasnya.