UPdates—Mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro didakwa oleh kepala jaksa penuntut negara tersebut dengan tuduhan mencoba melakukan kudeta setelah ia dikalahkan dalam pemilihan presiden tahun 2022.
Pria berusia 69 tahun itu didakwa lima kali atas dugaan upaya untuk mencegah Presiden Luiz Inacio Lula da Silva menjabat setelah pemilihan yang ketat.
Nasihat jaksa penuntut sekarang akan dipertimbangkan oleh Mahkamah Agung. Jika diterima, Bolsonaro dan 33 orang lainnya akan didakwa secara resmi dan harus diadili.
You might be interested : 
Hasil, Klasemen, dan Top Skor Kualifikasi Piala Dunia Zona Conmebol
Bolsonaro menyangkal melakukan kesalahan dan mengatakan bahwa dirinya adalah korban kriminalisasi politik.
Ia dilarang mencalonkan diri selama delapan tahun setelah dituduh merusak demokrasi Brasil dengan secara keliru mengklaim bahwa surat suara elektronik yang digunakan dalam pemilihan umum Oktober 2022 rentan terhadap peretasan dan penipuan.
Pemilihan yang berlangsung sengit itu dimenangkan dengan selisih yang sangat tipis oleh Presiden Luiz Inácio Lula da Silva - yang lebih dikenal sebagai Lula.
Bolsonaro tidak pernah mengakui kekalahannya secara terbuka dan meninggalkan Brasil menuju AS dua hari sebelum Lula dilantik sebagai presiden.
Pada 8 Januari 2023, para pendukungnya menyerbu gedung-gedung pemerintahan di ibu kota Brasilia. Beberapa bagian gedung digeledah dan polisi menangkap 1.500 perusuh.
Tiga bulan lalu, polisi federal merilis laporan yang menuduh Bolsonaro memainkan peran utama dalam merencanakan dan mengorganisasi upaya kudeta - termasuk dengan mengusulkan gagasan tersebut kepada tokoh-tokoh penting di militer - untuk menghentikan Lula mengambil alih kekuasaan.
Dokumen yang mendakwa Bolsonaro mengatakan tanggung jawab atas tindakan yang merusak tatanan demokrasi berada di tangan organisasi kriminal yang dipimpin oleh Bolsonaro sendiri.
Dalam praktiknya, ini berarti proses hukum sedang dimulai dan Bolsonaro kemungkinan akan diadili.
Salah satu dakwaan adalah atas kejahatan organisasi kriminal bersenjata yang diduga dipimpin oleh Bolsonaro dan calon wakil presidennya, Walter Braga Netto.
"Bersekutu dengan individu lain, termasuk warga sipil dan personel militer, mereka berusaha mencegah, secara terkoordinasi, hasil pemilihan presiden 2022 terpenuhi," kata Jaksa Agung Paulo Gonet Branco dalam sebuah pernyataan sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari BBC, Rabu, 19 Februari 2025.
Media Brasil melaporkan bahwa Mahkamah Agung diperkirakan akan melanjutkan persidangan akhir tahun ini.
Reaksi terhadap keputusan jaksa menunjukkan bahwa perpecahan yang telah menandai politik Brasil selama dekade terakhir tetap sedalam sebelumnya.
Para pendukung pemerintah merayakan dan mengatakan bahwa mantan presiden itu harus dipenjara, sementara pihak oposisi bersikeras bahwa dia tidak bersalah.
Fokus sekarang adalah pada dampak keputusan Mahkamah Agung terhadap pemilihan presiden tahun depan. Jajak pendapat terkini menunjukkan tingkat penolakan yang tinggi terhadap Presiden Lula.
Meskipun dilarang mencalonkan diri, Bolsonaro tetap menjadi kekuatan politik yang kuat di Brasil dan dapat menggunakan persidangan sebagai platform untuk agendanya.
