UPdates—Korea Utara mengecam Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio. Mereka tak terima dicap sebagai negara nakal dan berjanji mengambil tindakan balasan yang keras terhadap setiap provokasi dari Washington.
You may also like : Daftar Crazy Rich Dunia yang Bakal Duduk di Panggung Pelantikan Trump
Dalam kritik resmi pertama terhadap pemerintahan Donald Trump, Pyongyang mengutuk pernyataan Rubio yang mereka anggap mencoreng citra negara berdaulat itu dan menyebutnya sebagai provokasi politik yang serius.
Menurut Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengeluarkan pernyataan tersebut setelah Rubio, dalam sebuah wawancara baru-baru ini, mengatakan bahwa AS harus berhadapan dengan negara-negara nakal seperti Iran dan Korea Utara.
"Perlu disebutkan betapa tidak masuk akal dan tidak logisnya bahwa negara paling bejat di dunia mencap negara lain sebagai negara nakal," kata juru bicara tersebut sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari Anadolu, Senin, 3 Februari 2025.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara menambahkan, pernyataan Rubio menegaskan kembali bahwa kebijakan permusuhan AS terhadap Korea Utara tetap tidak berubah.
"Kami tidak akan pernah menoleransi provokasi apa pun dari AS, yang selalu memusuhi DPRK (Republik Rakyat Demokratik Korea) dan akan mengambil tindakan balasan yang keras seperti biasa," tegas juru bicara tersebut.
Saat tampil di “The Megyn Kelly Show” pada tanggal 30 Januari, Rubio sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari AP menyebut Korea Utara dan Iran sebagai “negara jahat” ketika ia membahas soal tantangan kebijakan luar negeri.
Ini bukan pertama kalinya para pejabat AS menggambarkan Korea Utara sebagai negara nakal. Namun pernyataan terbaru Korea Utara menunjukkan bahwa negara tersebut kemungkinan besar tidak akan segera menerima tawaran Trump.
Dalam wawancara dengan Fox News yang disiarkan pada tanggal 23 Januari, Trump menyebut pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un sebagai orang yang cerdas dan bukan seorang fanatik agama. Ketika ditanya apakah ia akan menghubungi Kim lagi, Trump menjawab, “Ya, tentu saja.”
Komentar Trump meningkatkan prospek kemungkinan kebangkitan diplomasi antara Amerika Serikat dan Korea Utara, karena Trump bertemu Kim tiga kali selama masa jabatan pertamanya untuk membahas cara mengakhiri program nuklir Korut.
Diplomasi berisiko tinggi mereka sebelumnya pada tahun 2018-19 gagal karena perselisihan mengenai sanksi yang dipimpin AS terhadap Korea Utara, tetapi Trump masih berulang kali membanggakan hubungan pribadinya dengan Kim. Pyongyang belum menanggapi pernyataan Trump tersebut.