UPdates—Kecelakaan pesawat penumpang Jeju Air di Korea Selatan, Minggu, 29 Desember 2024, pagi waktu setempat menjadi salah satu bencana paling mematikan dalam sejarah penerbangan negara itu.
You may also like : Breaking News: Pesawat Berpenumpang 181 Orang Jatuh di Korea Selatan
Terakhir kali Korea Selatan mengalami bencana udara berskala besar adalah pada tahun 1997, ketika sebuah pesawat Korean Airline jatuh di Guam, menewaskan 228 orang di dalamnya.
Pada tahun 2013, sebuah pesawat Asiana Airlines jatuh di San Francisco, menewaskan tiga orang dan melukai sekitar 200 orang.
Kecelakaan ini juga merupakan salah satu kecelakaan pendaratan terburuk sejak kecelakaan Juli 2007 yang menewaskan seluruh 187 orang di dalamnya dan 12 lainnya di darat ketika sebuah Airbus A320 meluncur dari landasan pacu yang licin di Sao Paulo dan menabrak sebuah gedung di dekatnya. Itu menurut data yang dikumpulkan oleh Flight Safety Foundation, sebuah kelompok nirlaba yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan udara.
Pada tahun 2010 lalu, 158 orang tewas ketika sebuah pesawat Air India Express melewati landasan pacu di Mangalore, India, dan jatuh ke jurang sebelum terbakar, menurut yayasan keselamatan tersebut.
Jeju Air yang membawa 181 orang penumpang dari Thailand mengalami kecelakaan di bandara di kota Muan, sekitar 290 kilometer dari Seoul pukul 9:03 pagi waktu setempat.
Lee Jeong-hyeon, kepala stasiun pemadam kebakaran Muan, mengatakan dalam jumpa pers di televisi bahwa pecyebab kecelakaan pesawat jet Boeing 737-800 berusia 15 tahun itu sedang diselediki. Lee mengatakan bahwa para pekerja menyelidiki berbagai kemungkinan tentang apa yang menyebabkan kecelakaan itu, termasuk apakah pesawat itu ditabrak burung.
Pejabat Kementerian Perhubungan kemudian mengatakan penilaian awal mereka terhadap catatan komunikasi menunjukkan menara kontrol bandara mengeluarkan peringatan serangan burung ke pesawat itu sesaat sebelum pesawat itu bermaksud mendarat dan memberikan izin kepada pilotnya untuk mendarat di area yang berbeda.
Pilot mengirimkan sinyal marabahaya sesaat sebelum pesawat melewati landasan pacu dan meluncur melintasi zona penyangga sebelum menabrak dinding dan terbakar.
Pejabat senior Kementerian Perhubungan Joo Jong-wan mengatakan para pekerja telah mengambil data penerbangan dan perekam suara kokpit dari kotak hitam pesawat, yang akan diperiksa oleh para ahli pemerintah yang menyelidiki penyebab kecelakaan dan kebakaran itu. Joo mengatakan landasan pacu di bandara Muan akan ditutup hingga 1 Januari.
Pejabat darurat di Muan mengatakan roda pendaratan pesawat tampaknya tidak berfungsi dengan baik.
Kerati Kijmanawat, direktur Bandara Thailand, mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan bahwa penerbangan Jeju Air 7C 2216 berangkat dari Bandara Suvarnabhumi tanpa ada laporan kondisi abnormal pada pesawat atau di landasan pacu.
Jeju Air dalam sebuah pernyataan menyampaikan permintaan maaf yang mendalam atas kecelakaan itu dan mengatakan akan melakukan semaksimal mungkin segala cara untuk menangani akibat kecelakaan itu.
Dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, Kim E-bae, presiden Jeju Air, membungkuk dalam-dalam bersama pejabat senior perusahaan lainnya saat dia meminta maaf kepada keluarga para korban dan mengatakan dia merasa bertanggung jawab penuh atas insiden itu.
Kim mengatakan perusahaan tidak menemukan masalah mekanis apa pun pada pesawat setelah pemeriksaan rutin dan bahwa ia akan menunggu hasil investigasi pemerintah terkait penyebab insiden tersebut.
Boeing sementara itu mengatakan dalam sebuah pernyataan di X bahwa pihaknya telah menghubungi Jeju Air dan siap mendukung perusahaan tersebut dalam menangani kecelakaan tersebut.
"Kami menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga yang kehilangan orang yang dicintai, dan pikiran kami tetap bersama para penumpang dan awak," kata Boeing sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari Bowen Island Undercurrent, Minggu, 29 Desember 2024.
Dari 167 orang korban tewas dalam kecekakaan ini, 79 di antaranya berjenis kelamin pria, 77 wanita, dan 11 lainnya yang jenis kelaminnya tidak dapat diidentifikasi.
Jumlah korban tewas diperkirakan akan terus bertambah karena beberapa penumpang lain di dalam pesawat masih hilang sekitar enam jam setelah insiden tersebut. Jika berdasar jumlah penumpang, maka ada 12 orang yang masih hilang.
Petugas darurat menyelamatkan dua orang, keduanya anggota awak. Mereka berhasil dievakuasi ke tempat yang aman, dan pejabat kesehatan setempat mengatakan mereka masih sadar.