UPdates - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menegaskan komitmennya dalam mencegah dan menurunkan angka stunting, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025. Penanganan stunting menjadi prioritas pembangunan lima tahun ke depan.
You may also like : ASN Pemprov Sulsel Ikrar Pakta Integritas Netralitas Jelang Pilkada 2024
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Sulsel, Setiawan Aswad, menyampaikan hal tersebut dalam dialog interaktif bertema "Gizi dan Pencegahan Stunting" di Hotel Grand Town, Makassar, Kamis, 17 April 2025.
Menurut Setiawan, Pemprov Sulsel di bawah kepemimpinan Gubernur Andi Sudirman Sulaiman dan Wakil Gubernur Fatmawati Rusdi berkomitmen memperkuat sinergi antara pemerintah dan sektor swasta dalam memperluas intervensi gizi dan kesehatan.
“Sesuai arahan Gubernur Sulsel, pencegahan dan penurunan angka stunting menjadi prioritas utama dalam lima tahun mendatang, sebagaimana tercantum dalam RPJMD 2025,” ujar Setiawan dikutip Keidenesia dari laman resmi Pemprov Sulsel, Jumat, 18 April 2025.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting di Sulsel menurun dari 27,4 persen pada 2023 menjadi 23,3 persen. Pemerintah menargetkan penurunan prevalensi stunting hingga 23,9 persen pada 2025 dan 6,1 persen pada 2045.
Bappelitbangda akan memantau kinerja Organisasi Perangkat Daerah (OPD) serta penyerapan anggaran melalui aplikasi e-monev dan situs resmi mereka. Evaluasi dilakukan secara berkala untuk memastikan efektivitas program di 24 kabupaten/kota.
“Sebagai koordinator Aksi Konvergensi OPD, kami melakukan monitoring, evaluasi, dan penilaian terhadap kinerja daerah dalam pencegahan dan penanganan stunting,” kata Setiawan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, M. Ishaq Iskandar, menambahkan bahwa inovasi yang dilakukan sejak 2020, seperti pendampingan gizi desa dan intervensi 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), telah menunjukkan hasil positif.
Intervensi tersebut meliputi pemberian makanan tambahan lokal, multivitamin, dan tablet tambah darah bagi remaja putri dan ibu hamil. Dia menekankan pentingnya pola hidup sehat dan literasi gizi dalam pencegahan stunting.
“Stunting tidak hanya dialami oleh keluarga berpenghasilan rendah. Di lapangan, ditemukan anak dari keluarga menengah pun bisa mengalami stunting karena pola asuh yang kurang tepat dan tidak mencukupi kebutuhan gizi,” ujarnya.
Karena itu, Ishaq menilai sosialisasi dan komunikasi perubahan perilaku kepada masyarakat menjadi langkah penting. "Dialog interaktif bersama media ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terkait pola hidup sehat dan pencegahan stunting,” katanya.
Melalui kegiatan ini, Pemprov Sulsel berharap masyarakat lebih sadar akan pentingnya gizi seimbang dan pola hidup sehat dalam menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas.