UPdates—Ilmuwan di Tiongkok berhasil membuat kamera mata-mata terkuat dan tercanggih di dunia, yang mampu mengenali wajah orang dari orbit rendah Bumi.
Teknologi yang dikembangkan oleh tim dari Lembaga Penelitian Informasi Dirgantara Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok ini dapat menetapkan standar baru untuk pengawasan global, yang menawarkan resolusi tingkat milimeter dari jarak 100 km.
Pertama kali dilaporkan di South China Morning Post, teknologi pencitraan optik ini memungkinkan Beijing untuk mengamati satelit militer asing dan struktur pertahanan berbasis Bumi dengan detail yang belum pernah ada sebelumnya.
You might be interested : Setiap Hari, Tiongkok Lakukan 2,4 Juta Serangan Siber ke Pemerintah Taiwan
Sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari The Independent pada Kamis, 13 Maret 2025, sistem pencitraan laser ini mampu mencapai tingkat detail yang 100 kali lebih baik daripada kamera mata-mata terkemuka yang menggunakan lensa.
Sebuah uji coba yang dilakukan oleh Lockheed Martin di AS pada tahun 2011 menghasilkan resolusi 2 cm dari jarak 1,6 km.
Sementara, ketika kamera baru tersebut diuji coba di hamparan Danau Qinghai sepanjang 101,8 km di barat laut Tiongkok, kamera tersebut mengungkap detail di sisi lain danau yang lebarnya hanya 1,7 mm.
Ketinggian terendah yang dioperasikan satelit orbit Bumi rendah adalah sekitar 170 km, meskipun sebagian besar diluncurkan ke ketinggian sekitar 800 km.
Para ilmuwan mencatat bahwa uji coba di seberang danau tersebut berlangsung selama kondisi cuaca yang hampir sempurna, yang berarti cuaca buruk atau bahkan tutupan awan tipis dapat memengaruhi keakuratan kamera.
Kamera mata-mata tersebut dijelaskan secara rinci dalam sebuah studi baru yang dimuat dalam Chinese Journal of Lasers.
Perusahaan rintisan pencitraan satelit AS Albedo Space juga tengah menggarap teknologi untuk memperbesar gambar manusia di Bumi, meskipun para pendirinya mengklaim teknologi itu tidak akan mampu mengenali wajah.
Perusahaan tersebut telah mendapatkan beberapa kontrak pertahanan dengan pemerintah AS, yang memicu kekhawatiran dari para pendukung privasi.
Pada tahun 2019, Electronic Frontier Foundation menyerukan regulasi pada satelit mata-mata, dengan alasan bahwa satelit tersebut bertentangan dengan kebebasan sipil masyarakat.
“Dengan munculnya video real-time, satelit pribadi dapat membuat seluruh dunia diawasi terus-menerus selama 24/7,” kata kelompok tersebut memperingatkan.