UPdates—Kementerian kesehatan negara bagian Khartoum, Sudan menyebut 70 warga meninggal dalam dua hari akibat wabah kolera di negara itu.
You may also like : Terbesar di Benua Afrika, Polisi Aljazair Sita 1,65 Juta Pil Ekstasi
Mereka mencatat 942 infeksi baru dan 25 kematian akibat wabah kolera pada hari Rabu waktu setempat. Sementara sehari sebelumnya, ada 1.177 kasus dan 45 kematian.
You might be interested : Pasar Diserang Paramiliter, 54 Tewas dan 158 Terluka di Sudan
Lonjakan infeksi terjadi beberapa minggu setelah serangan pesawat nirawak yang dituduhkan kepada Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter melumpuhkan pasokan air dan listrik di seluruh ibu kota.
Ibu kota Sudan telah menjadi medan pertempuran selama dua tahun perang antara tentara Sudan dan RSF.
Pemerintah yang didukung tentara mengumumkan minggu lalu bahwa mereka telah mengusir pejuang RSF dari pangkalan terakhir mereka di Negara Bagian Khartoum dua bulan setelah merebut kembali jantung ibu kota dari paramiliter.
Kota tersebut masih hancur dengan infrastruktur kesehatan dan sanitasi yang hampir tidak berfungsi.
Kementerian kesehatan federal melaporkan 172 kematian dalam seminggu hingga Selasa. Dari jumlah itu, 90 persen di antaranya terjadi di negara bagian Khartoum.
Pihak berwenang mengatakan 89 persen pasien di pusat isolasi dalam tahap pemulihan, tetapi memperingatkan bahwa kondisi lingkungan yang memburuk memicu lonjakan kasus.
Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) kemarin memperingatkan bahwa lebih dari satu juta anak di Sudan berisiko terkena kolera karena penyakit tersebut menyebar di Negara Bagian Khartoum.
Badan PBB tersebut mengatakan 7.700 kasus kolera telah tercatat di Negara Bagian Khartoum sejak Januari, termasuk lebih dari 1.000 kasus di antara anak-anak di bawah usia lima tahun; selain 185 kematian terkait.
“Jumlah kasus harian meningkat dari 90 menjadi 815 kasus hanya dalam sepuluh hari, antara 15 dan 25 Mei, peningkatan hampir sembilan kali lipat,” kata UNICEF dalam sebuah pernyataan sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari Memo, Kamis, 29 Mei 2025.
UNICEF mengatakan timnya bekerja dengan para mitra, berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan Sudan, untuk membatasi penyebaran penyakit mematikan ini.
Secara terpisah, organisasi PBB tersebut melaporkan bahwa provinsi Jebel Awliya dan Khartoum berisiko mengalami kelaparan, dengan mencatat bahwa 33 persen dari 307.000 anak yang menderita kekurangan gizi akut di seluruh Sudan berada di kedua daerah tersebut.
“Sekitar 26.500 anak yang kekurangan gizi menderita kekurangan gizi akut yang parah, bentuk kekurangan gizi yang paling mengancam jiwa,” ungkap UNICEF.
Laporan itu juga mencatat bahwa lebih dari 34.000 orang telah kembali ke Negara Bagian Khartoum sejak awal tahun 2025, sebagian besar dari mereka tinggal di rumah-rumah rusak yang terletak di daerah-daerah yang kekurangan layanan dasar, terutama jaringan air bersih dan sanitasi.
UNICEF juga mengonfirmasi bahwa serangan berulang-ulang terhadap pembangkit listrik di Negara Bagian Khartoum bulan lalu telah menyebabkan pemadaman listrik yang meluas, memperburuk krisis kekurangan air dan berdampak signifikan terhadap akses terhadap air bersih dan aman.