UPdates - Lima kepala daerah di Sulawesi Selatan turun tangan menyelesaikan konflik antar kelompok mahasiwa yang terjadi sejak beberapa waktu terakhir di Kota Makassar.
You may also like : Prihatin Nasib Imam Desa, Bupati Lutra: Hidup Segan, Mati tak Mau
Kelimanya adalah Munafri Arifuddin (Wali Kota Makassar), Firmanza DP (Penjabat Wali Kota Palopo), Patahudding (Bupati Luwu), Andi Abdullah Rahim (Bupati Luwu Utara), dan Puspawati Husler (Wakil Bupati Luwu Timur).
You might be interested : Jalan Sehat Anti Mager Semarakkan Peringatan Hari Jadi Kabupaten Luwu ke-66
Selain para kepala daerah, turut hadir Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Arya Perdana dan Dandim 1408/Makassar Kolonel Inf Franki Susanto.
Munafri Arifuddin yang menginisiasi pertemuan yang berlangsung secara tertutup tersebut mengajak para kepala daerah Luwu Raya bersama pihak keamanan untuk mencari solusi nyata.
"Tujuan utama pertemuan ini adalah mencari solusi damai dan memastikan persoalan yang sempat viral di media sosial dapat diselesaikan bersama-sama," ungkap Munafri Arifuddin di Hotel Novotel Makassar, Minggu malam, 27 Juli 2025.
Appi, sapaan akrabnya ingin mengetahui kondisi terkini mengenai kondisi mahasiswa Luwu Raya yang ada di wilayahnya. Dia juga ingin mendengar secara langsung pendapat para kepala daerah terkait konflik antar mahasiswa tersebut.
Wali Kota Munafri Arifuddin pun menekankan pentingnya koordinasi antar kepala daerah bersama pihak keamanan dalam menyelesaikan konflik. Dia pun mengingatkan agar tak ada pihak yang memanfaatkan situasi tersebut untuk memicu konflik baru di kemudian hari.
"Dengan komunikasi terbuka seperti ini, setiap potensi gesekan dapat ditangani lebih cepat," tutur Appi, dilansir dari rilis Pemkot yang diterima Keidenesia.tv, Senin, 28 Juli 2025.
Sementara itu, Bupati Luwu Utara, Andi Abdullah Rahim menegaskan bahwa sejumlah informasi yang beredar di media sosial terkait ajakan perang, korban pembacokan, hingga sweeping kenderaan berpelat DP adalah hoaks.
Ironisnya, hoaks tersebut sempat menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua dan mahasiswa asal Luwu Raya di Makassar.
"Itu hanya isu yang dimainkan sebagian oknum. Kami sudah memastikan bahwa informasi tersebut tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan," ujarnya.
Setali tiga uang, Bupati Luwu, Patahudding menggandeng seluruh pihak agar bersama-sama menjaga situasi tetap aman. Di antaranya, dengan menghindari penyebaran informasi hoaks yang hanya akan menimbulkan keresahan masyarakat dan menahan diri agar tak terprovokasi.
"Terkait persoalan ini, framing di media sosial begitu luar biasa, khususnya di wilayah kami, Luwu Raya. Banyak mahasiswa asal Luwu yang kuliah di Makassar memilih pulang kampung karena merasa tertekan oleh isu-isu tersebut. Padahal, setelah dibahas bersama, sebagian besar informasi itu tidak benar," ujarnya.
Patahudding menyatakan bahwa isu tersebut telah mengganggu aktivitas akademik mahasiswa Luwu Raya di Makassar. Banyak dari mereka yang terpaksa pulang kampung karena merasa takut bakal menjadi korban.
"Berita di media sosial tampak begitu luar biasa seolah-olah situasi tidak terkendali, padahal faktanya tidak demikian. Karena itu, kami akan menyampaikan kepada masyarakat Luwu agar tidak terlalu kuatir," jelasnya.
"Kami berharap adik-adik mahasiswa bisa kembali menjalani perkuliahan seperti biasa, tidak lagi merasa tertekan, dan tetap bisa beraktivitas tanpa rasa khawatir," tambah Bupati Luwu.
Pada kesempatan yang sama, Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana juga memaparkan bahwa isu bentrok antar mahasiswa dan sweeping kendaraan berpelat DP adalah tidak benar.
"Peristiwa yang terjadi beberapa hari terakhir berawal dari kasus penusukan dan penganiayaan terhadap salah satu warga Makassar. Kebetulan pelakunya berasal dari wilayah Luwu, tetapi ini murni persoalan pribadi, bukan kelompok," ucapnya.
Kombes Pol Arya Perdana pun mengaku, pihaknya telah mengamankan dan memeriksa beberapa orang yang diduga terlibat dalam konflik. Dia juga membantah adanya sweeping terhadap kendaraan berpelat DP maupun mahasiswa asal Luwu Raya yang dilakukan oleh mahasiswa Makassar maupun daerah lainnya.
"Itu murni hoaks, ulah provokator yang ingin membuat Kota Makassar tidak aman," pungkas Kapolrestabes Makassar.