
UPdates—Mayat-mayat bergelimpangan di permukiman kumuh Rio de Janeiro, Brasil pada hari Selasa waktu setempat (Rabu WITA) ketika polisi melancarkan penggerebekan terbesar mereka terhadap para pengedar narkoba di kota itu.
You may also like :
Buntut Pilpres, Mantan Presiden Brasil Bolsonaro Didakwa Coba Lakukan Kudeta
Setidaknya 64 orang dilaporkan tewas dan puluhan orang terluka dalam suasana yang mirip film perang tersebut.
You might be interested :
Dihadiri 2 Juta Orang, Polisi Gagalkan Pengeboman Konser Lady Gaga di Brasil
Sebanyak 2.500 petugas bersenjata lengkap, didukung oleh kendaraan lapis baja, helikopter, dan drone, turut serta dalam operasi yang menyasar geng pengedar narkoba utama Brasil di dua permukiman kumuh, atau favela, di Rio utara.
Tembakan terdengar di area dekat bandara internasional Rio, dan asap mengepul dari beberapa titik kebakaran pada Selasa sore, beberapa jam setelah penggerebekan dimulai.
Warga berhamburan mencari perlindungan dan toko-toko tutup di tengah klaim polisi bahwa geng-geng tersebut menggunakan drone untuk melawan.
Gubernur Negara Bagian Claudio Castro menggambarkan operasi di favela Complexo da Penha dan Complexo do Alemao sebagai yang terbesar dalam sejarah negara bagian tersebut.
Pemerintah pusat mengatakan penggerebekan tersebut bertujuan untuk menghentikan ekspansi geng bernama Comando Vermelho (Komando Merah).
Castro melaporkan korban tewas sebanyak 60 orang yang diduga anggota geng.
Sumber dari pemerintahannya mengatakan kepada AFP bahwa empat petugas polisi juga tewas.
Hingga Selasa sore, operasi masih berlangsung.
"Ini pertama kalinya kami melihat drone (dari penjahat) menjatuhkan bom di masyarakat," kata seorang warga Penha, yang berbicara tanpa menyebut nama sebagaimana dilansir Keidenesia.tv dari Caledonian Record, Rabu, 29 Oktober 2025.
"Semua orang ketakutan karena begitu banyak tembakan," tambahnya.
Penggerebekan di favela memang umum terjadi, tetapi ini adalah yang paling mematikan sejauh ini. Sebelumnya, jumlah korban tewas tertinggi terjadi dalam penggerebekan pada tahun 2021 yang menewaskan 28 orang.
Operasi hari Selasa menyebabkan lalu lintas di banyak jalan utama kota pesisir terhenti.
"Kami kehabisan bus, tanpa apa pun, dalam kekacauan ini dan tidak tahu harus berbuat apa," kata Regina Pinheiro, seorang pensiunan berusia 70 tahun, yang sedang berusaha pulang.
Polisi mengerahkan dua helikopter, 32 kendaraan lapis baja, dan 12 kendaraan pembongkar yang digunakan untuk menghancurkan barikade yang didirikan oleh pengedar narkoba untuk mencegah polisi memasuki jalan-jalan sempit favela.
Operasi besar-besaran sering dilakukan polisi di Rio, tujuan wisata utama Brasil, terutama di favela, lingkungan miskin dan padat penduduk yang sering dikuasai geng kriminal.
Castro mengunggah video di X yang menggambarkan sebuah pesawat tanpa awak yang dikendalikan geng meluncurkan proyektil dari langit berawan.
"Beginilah polisi Rio diperlakukan oleh para penjahat: dengan bom yang dijatuhkan oleh drone. Inilah skala tantangan yang kita hadapi. Ini bukan kejahatan biasa, melainkan narkoterorisme," ujarnya.
Anggota Kongres Henrique Vieira, seorang pendeta evangelis, mengecam keras operasi polisi tersebut.
Dalam unggahan di X, ia meyebut pemerintah negara bagian memperlakukan favela sebagai wilayah musuh. “Dengan izin untuk menembak dan membunuh,” katanya.
Di Jenewa, kantor hak asasi manusia PBB mengatakan pihaknya merasa ngeri dengan kekerasan hari Selasa ini.
"Operasi mematikan ini memperburuk tren konsekuensi mematikan yang ekstrem dari operasi polisi di komunitas-komunitas terpinggirkan di Brasil," kata para pejabat PBB dalam sebuah pernyataan.
"Kami mengingatkan pihak berwenang akan kewajiban mereka berdasarkan hukum hak asasi manusia internasional, dan mendesak penyelidikan yang cepat dan efektif," lanjutnya.
Tahun lalu, sekitar 700 orang tewas selama operasi polisi di Rio, hampir dua orang setiap hari.
Para ahli dan organisasi hak asasi manusia telah mengkritik upaya keamanan semacam ini di Brasil, menganggapnya tidak efektif terhadap organisasi kriminal.
Komisi Hak Asasi Manusia Majelis Legislatif Negara Bagian Rio akan menuntut penjelasan mengenai keadaan tindakan tersebut. “Yang sekali lagi telah mengubah favela-favela Rio menjadi medan perang dan barbarisme," ujar Dani Monteiro, seorang anggota kongres yang memimpin komisi tersebut, kepada AFP.