UPdates - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan 11 wilayah di Sulawesi Selatan (Sulsel) akan kembali dilanda cuaca ekstrem selama tiga hari ke depan.
You may also like : BMKG Makassar: Waspada Bencana Hidrometeorologi di Puncak Musim Hujan Januari 2025
BMKG mejelaskan, cuaca ekstrem yang terjadi mulai 7 sampai 10 Februari 2025 itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk La Nina lemah dan aktivitas Monsun Asia yang diperkuat oleh Seruakan Dingin Asia.
Kepala BMKG Wilayah IV Makassar, Irwan Slamet, menjelaskan sirkulasi siklonik di Australia bagian utara juga menyebabkan terbentuknya pertemuan angin di Selat Makassar dan pesisir barat Sulsel. Selain itu, atmosfer lokal yang labil di sebagian besar wilayah Sulsel turut berkontribusi terhadap peningkatan curah hujan.
"Di antaranya La Nina lemah dan aktivitas Monsun Asia yang diperkuat oleh Seruakan Dingin Asia turut berkontribusi dalam meningkatkan curah hujan," ujar Slamet kepada dalam keterangannya yang diterima Keidenesia, Sabtu, 8 Februari 2025.
"Sirkulasi siklonik di Australia bagian utara yang menyebabkan terbentuknya daerah pertemuan angin (konfluensi) di Selat Makassar hingga pesisir barat Sulawesi Selatan, serta dinamika labilitas atmosfer lokal yang menunjukkan kondisi labil di sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan," tambahnya.
BMKG meramalkan hujan lebat hingga sangat lebat yang berpotensi menyebabkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, di wilayah Parepare, Barru, Pangkajene Kepulauan, Maros, Makassar, Gowa, Takalar, sebagian Pinrang, Soppeng, Jeneponto, dan Kepulauan Selayar.
Selain hujan intens, potensi angin kencang juga diperkirakan akan terjadi di wilayah Sulsel bagian barat dan selatan. Sementara gelombang laut dengan kategori sedang hingga tinggi akan menghantam perairan sekitar Sulsel.
Gelombang sedang (1,25 - 2,5 meter) diperkirakan akan terjadi di sejumlah perairan, termasuk Selat Makassar bagian selatan dan Perairan Spermonde Pangkep. Sementara itu, gelombang tinggi (2,5 - 4,0 meter) berpotensi terjadi di Laut Flores bagian timur.
BMKG menghimbau agar masyarakat dan pemangku kepentingan meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, yang bisa meliputi banjir, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang, hingga gangguan pada penerbangan dan pelayaran.
"Menyikapi kondisi di atas diharapkan para pemangku kepentingan dan seluruh masyarakat dapat meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi terjadinya bencana hidrometeorologi. Dampak tersebut antara lain genangan/banjir, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang, dan keterlambatan jadwal penerbangan/pelayaran," papar Slamet.