UPdates - Hari Asma Sedunia diperingati setiap hari Selasa pertama di bulan Mei. Pada tahun ini, peringatan ini jatuh pada Selasa, 6 Mei 2025.
Disadur Keidenesia dari laman National Today, Selasa, 6 Mei 2025, peringatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat global terhadap asma, penyakit kronis yang memengaruhi saluran pernapasan.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2019 terdapat sekitar 262 juta penderita asma di seluruh dunia, dengan lebih dari 460.000 kasus kematian. Angka kematian akibat asma tercatat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980-an, menjadikan penyakit ini sebagai masalah kesehatan serius di tingkat global.
Namun, asma bukanlah penyakit baru. Catatan sejarah menyebutkan bahwa kondisi ini telah dikenal sejak ribuan tahun lalu. Referensi tentang gejala gangguan pernapasan ditemukan dalam teks kuno Tiongkok sejak 2600 SM dan juga dalam catatan Mesir Kuno.
Tokoh kedokteran Yunani, Hipokrates (460–370 SM), merupakan salah satu tokoh pertama yang mendeskripsikan asma dan mengaitkannya dengan faktor lingkungan serta profesi tertentu. Sekitar tahun 100 SM, Aretaeus dari Kapadokia memberikan definisi asma yang rinci dan mendekati pemahaman modern.
Di era Romawi Kuno, Plinius Tua pada tahun 50 M menemukan hubungan antara serbuk sari dan gangguan pernapasan. Ia juga merekomendasikan penggunaan senyawa yang menjadi cikal bakal pengobatan asma modern, seperti epinefrin.
Pada abad ke-19, dokter asal Inggris, Henry H. Salter, mendokumentasikan secara akurat kondisi paru-paru selama serangan asma. Sementara itu, William Osler, salah satu pendiri Johns Hopkins School of Medicine, pada tahun 1892 mencatat keterkaitan antara asma dan alergi, termasuk faktor keturunan serta pemicu seperti iklim, emosi ekstrem, dan pola makan.
Memasuki era 1980-an, dunia medis mulai memahami asma sebagai kondisi peradangan kronis yang melibatkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini memperkuat pentingnya pengelolaan asma secara berkelanjutan, bahkan ketika gejala tidak muncul.