UPdates - Hari Cahaya Internasional diperingati setiap 16 Mei untuk merayakan peran penting cahaya dan teknologi berbasis cahaya dalam berbagai aspek kehidupan. Mulai dari bidang kedokteran, pendidikan, komunikasi, seni, hingga pembangunan berkelanjutan, cahaya menjadi elemen krusial dalam kemajuan peradaban manusia.
Disadur Keidenesia dari laman National Today, Jumat, 16 Mei 2025, sejarah penggunaan cahaya telah berlangsung sejak zaman kuno. Manusia awal memanfaatkan batu berongga, kerang, hingga kayu yang direndam lemak hewan sebagai sumber penerangan. Seiring berjalannya waktu, teknologi berkembang dari lampu minyak dan lilin hingga penemuan gas dan akhirnya bola lampu listrik.
Meski Thomas Edison kerap dikaitkan sebagai penemu bola lampu, sejatinya berbagai eksperimen telah dilakukan jauh sebelum ia mematenkan temuannya. Pada tahun 1802, ilmuwan Inggris Humphry Davy menciptakan lampu busur listrik dengan menghubungkan tiang volta ke elektroda arang. Meskipun inovatif, lampu busur terlalu terang untuk penggunaan rumah tangga dan tidak tahan lama.
Penemuan Davy menjadi pijakan bagi pengembangan penerangan modern, termasuk lampu keselamatan bagi para penambang dan lampu jalan di kota-kota Eropa, seperti Paris pada abad ke-19. Pada tahun 1850, Joseph Swan mengembangkan filamen kertas karbonisasi sebagai alternatif lebih murah dari platinum. Ia mematenkan lampu listrik temuannya di Inggris pada tahun 1878 dan mendemonstrasikannya di Newcastle.
Namun, keterbatasan vakum teknologi membuat lampu Swan tidak efisien. Edison kemudian menyempurnakan desain Swan dan memperkenalkan bola lampu listrik yang lebih praktis pada Desember 1879. Meski sempat berselisih paten, Edison dan Swan akhirnya membangun perusahaan bersama, Edison-Swan United, yang menjadi produsen lampu terbesar di dunia saat itu.
Perkembangan teknologi terus berlanjut. Pada awal tahun 1960-an, Nick Holonyak dari General Electric secara tidak sengaja menemukan dan mematenkan lampu LED merah. Kemudian, pada awal tahun 1990-an, ilmuwan Jepang dan Amerika Isamu Akasaki, Hiroshi Amano, dan Shuji Nakamura berhasil menciptakan LED biru. Atas inovasi tersebut, mereka menerima Nobel Fisika pada tahun 2014.
Penemuan LED biru membuka jalan bagi terciptanya LED putih, yang menjadi fondasi pencahayaan modern. Kini, teknologi pencahayaan semakin canggih, memungkinkan pengendalian nirkabel melalui ponsel pintar dan perintah suara berbasis AI. Bola lampu pijar pun perlahan ditinggalkan, digantikan oleh alternatif hemat energi seperti halogen, LED, dan OLED.