UPdates—Seorang jurnalis Palestina dan sebelas anggota keluarganya tewas pada hari Kamis dalam serangan udara Israel yang menargetkan rumah mereka di kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan.
You may also like : Benjamin Netanyahu Resmi Jadi Buronan Pengadilan Kriminal International
Sumber lokal sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari Gulf Times, Kamis, 15 Mei 2025 menyebut serangan terhadap kediaman jurnalis Hassan Sammour di Khan Younis timur itu mengakibatkan kematian seluruh keluarganya dan menghapus mereka dari catatan sipil Palestina.
You might be interested : Pertempuran Hebat di Gaza Utara, 4 Tentara Israel Tewas dan 2 Luka Parah
Kantor Media Pemerintah Gaza mengatakan dalam sebuah pernyataan pers bahwa dengan tewasnya Hassan Sammour, yang menjabat sebagai penyiar dan presenter program di Radio Suara Al-Aqsa setempat, jumlah jurnalis yang tewas sejak eskalasi perang di Gaza telah meningkat menjadi 216 orang.
Kantor tersebut mengutuk keras penargetan dan pembunuhan secara sistematis para jurnalis oleh pasukan Israel. Pernyataan tersebut menyerukan kepada Federasi Jurnalis Internasional (IFJ), Federasi Jurnalis Arab (FAJ), dan semua organisasi media global untuk mengecam pelanggaran yang sedang berlangsung terhadap jurnalis dan profesional media di Jalur Gaza.
Mereka juga mendesak masyarakat internasional dan organisasi internasional yang relevan untuk mengambil tindakan dengan meminta pertanggungjawaban entitas Israel atas kejahatan yang terus dilakukannya.
Pernyataan tersebut menyerukan penuntutan mereka yang bertanggung jawab di pengadilan internasional dan menekankan perlunya tekanan internasional yang efektif untuk menghentikan genosida yang sedang berlangsung, melindungi jurnalis dan personel media di Gaza, dan mengakhiri penargetan dan pembunuhan yang disengaja.
Dalam pernyataan tersebut, mereka juga menyoroti bahwa pasukan Israel secara sengaja menargetkan jurnalis dan lembaga media di Gaza.
Selain 216 yang tewas, hampir 400 jurnalis telah terluka, 40 ditangkap, dan sebagian besar kantor media lokal dan internasional yang beroperasi di Jalur Gaza telah dihancurkan.
Semua stasiun radio lokal terpaksa tutup karena pengungsian massal, kurangnya listrik dan internet, dan runtuhnya infrastruktur dasar yang diperlukan untuk pekerjaan jurnalistik.