UPdates—Amnesty International pada hari Senin mengatakan bahwa Israel melakukan kampanye kelaparan yang disengaja di Gaza.
You may also like : Batasi Konten Pro-Palestina, Komisi I DPR RI akan Panggil Meta Indonesia
Organisasi Hak Asasi Manusia itu menegaskan hal ini dalam sebuah pernyataan saat menerbitkan kesaksian baru yang mengerikan dari warga sipil terlantar yang kelaparan di Gaza.
You might be interested : Trump Minta Netanyahu Akhiri Perang Gaza sebelum Dilantik Jadi Presiden AS
"Israel melakukan kampanye kelaparan yang disengaja di Jalur Gaza yang diduduki, secara sistematis menghancurkan kesehatan, kesejahteraan, dan tatanan sosial kehidupan Palestina," kata Amnesty International sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari Anadolu, Senin, 18 Agustus 2025.
Laporan tersebut mencatat bahwa kelaparan dan penyakit yang berkelanjutan di Gaza bukanlah akibat sampingan yang tidak diinginkan dari operasi militer Israel. Melainkan, hasil yang diinginkan dari rencana dan kebijakan yang telah dirancang dan dilaksanakan Israel.
"Ketika otoritas Israel mengancam akan melancarkan invasi darat skala penuh ke Kota Gaza, kesaksian yang kami kumpulkan jauh lebih dari sekadar laporan penderitaan, kesaksian tersebut merupakan dakwaan yang tajam terhadap sistem internasional yang telah memberi Israel izin untuk menyiksa warga Palestina dengan impunitas yang hampir total selama beberapa dekade," kata Erika Guevara-Rosas, direktur senior Riset, Advokasi, Kebijakan, dan Kampanye di Amnesty International.
Menunjuk pada konsekuensi "katastrofik" dari blokade dan genosida Israel terhadap warga sipil, ia mencatat bahwa dampaknya tidak dapat diatasi dengan menambah jumlah truk bantuan atau memulihkan pengiriman bantuan melalui udara yang performatif, tidak efektif, dan berbahaya.
"Anak-anak Palestina dibiarkan merana, memaksa keluarga-keluarga menghadapi pilihan yang mustahil: tak berdaya mendengar tangisan anak-anak mereka yang kurus kering memohon makanan, atau mempertaruhkan kematian atau cedera dalam upaya putus asa mencari bantuan," tambah Guevara-Rosas.
Guevara-Rosas menggarisbawahi bahwa kampanye kelaparan Israel yang disengaja dan sistematis terus menimbulkan penderitaan yang tak tertahankan pada seluruh penduduk.
Ia menekankan bahwa sebagian besar keluarga di Gaza sudah melewati titik kritis dan memperingatkan bahwa situasi yang sudah sangat buruk dapat berubah menjadi kengerian yang lebih dalam jika Israel melanjutkan rencana invasi darat skala penuh ke Kota Gaza.
"Dunia tidak bisa terus-menerus menepuk bahu Israel karena hanya memberikan sedikit bantuan dan menganggap langkah-langkah kosmetik ini sebagai respons yang memadai atas penghancuran terencana yang dilakukannya terhadap kehidupan warga Palestina di Gaza," tegas Guevara-Rosas.
Ia juga mendesak masyarakat internasional untuk menegakkan kewajiban moral dan hukum mereka guna mengakhiri genosida Israel yang sedang berlangsung.
"Negara-negara harus segera menangguhkan semua transfer senjata, menerapkan sanksi yang ditargetkan, dan mengakhiri segala keterlibatan dengan entitas Israel jika hal ini berkontribusi pada genosida Israel terhadap warga Palestina di Gaza," kata Guevara-Rosas.
Israel telah membunuh lebih dari 61.900 warga Palestina di Gaza sejak Oktober 2023. Kampanye militer telah menghancurkan wilayah kantong tersebut, yang kini menghadapi kelaparan.
November lalu, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di wilayah kantong tersebut.