UPdates – Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) menggelar kegiatan Penanaman 1000 Pohon Tabebuya di Kota Makassar, Sabtu, 27 September 2025.
Kegiatan ini menjadi rangkaian Musyawarah Pelayanan (Mupel) Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara (Sulselbara) yang akan digelar Oktober mendatang.
Dalam sambutannya, Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin yang hadir bersama Ketua TP PKK Kota Makassar Melinda Aksa, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Makassar Helmy Budiman, GM Claro Makassar Anggiat Sinaga, serta pengurus GPIB, menekankan bahwa penanaman 1000 seribu pohon tersebut memiliki dampak besar, bukan hanya memperindah kota, tetapi juga menyeimbangkan ekosistem.
“Pohon ini akan menjadi hijau, dan memberikan kembali oksigen,” ungkapnya, dilansir dari laman Pemkot Makassar, Sabtu, 27 September 2025.
Dalam kegiatan sarat makna kebersamaan yang digelar di jalan Perintis Kemerdekaan ini, Munafri mengajak seluruh warga untuk menjaga keharmonisan antarumat beragama dan bersama-sama merawat kebersihan lingkungan sebagai wujud nyata cinta terhadap Kota Makassar.
Munafri menilai kegiatan GPIB ini sebagai simbol toleransi dan sinergi antarumat beragama.
“Kolaborasi bersama ini, wujud nyata toleransi dan kepedulian lingkungan yang harus kita rawat bersama,” jelas Munafri.
“Dibutuhkan kolaborasi dan kebersamaan untuk memaksimalkan pola penghijauan. Saya berharap penanaman seribu pohon oleh GPIB ini menjadi pemicu kelompok lain untuk bergerak serupa,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Panitia, Kristin Sinaga, menegaskan bahwa aksi penghijauan ini menjadi bentuk kepedulian umat Kristen terhadap kelestarian lingkungan sekaligus dukungan terhadap program Pemerintah Kota Makassar.
“Kegiatan pagi ini merupakan bagian dari rangkaian acara skala nasional yang akan berlangsung bulan Oktober. Kami mengawali dengan penanaman pohon tabebuya sebagai kontribusi nyata untuk mempercantik kota yang menjadi rumah kita bersama,” ujar Kristin.
Kristin menjelaskan, tabebuya dipilih bukan tanpa alasan. Pohon ini dikenal tahan cuaca, menyerap polusi, dan menghadirkan keindahan dengan bunganya yang mencolok.
“Awalnya kami sempat mempertimbangkan kegiatan penanaman mangrove. Namun melihat kepadatan Kota Makassar, kami memilih tabebuya karena mampu membantu mengolah polusi sehingga tidak berdampak besar bagi masyarakat,” katanya.
Ia menambahkan, penanaman 1.000 bibit ini diharapkan menjadi simbol kebersamaan seluruh warga kota. Kota Makassar adalah kota multibudaya dan multiagama.
“Kami ingin turut mempercantik kota yang memberi kami ruang untuk hidup dan bekerja, sekaligus menjaga keseimbangan lingkungannya,” tutur Kristin.