
UPdates - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkapkan fakta terbaru tentang kelompok teror yang terus beradaptasi mengikuti perkembangan zaman, terutama di era digital saat ini.
You may also like :
Ketua KPK dan Kepala BNPT Dimutasi Kapolri Listyo Sigit
Pola dan strategi terorisme kini dinilai semakin resisten dan aktif, sejalan dengan kemajuan teknologi informasi.
You might be interested :
180.954 Konten Bermuatan Terorisme Diblokir Sepanjang 2024
“Dalam istilah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), terorisme itu bersifat resisten dan aktif,” kata Kepala BNPT, Komjen Pol Eddy Hartono, dilansir Keidenesia.TV dari RRI, Jumat, 19 Desember 2025.
Komjen Eddy menjelaskan bahwa sebelumnya aktivitas terorisme umumnya meliputi propaganda, rekrutmen, dan pendanaan yang dilakukan secara tatap muka.
Sasaran utama kala itu adalah kelompok usia produktif 25–35 tahun, dengan proses radikalisasi yang memakan waktu relatif panjang, yakni sekitar 3-5 tahun.
Namun, perkembangan teknologi digital telah mengubah pola tersebut secara drastis. Menurut Eddy, kelompok teror kini justru menyasar anak-anak di bawah umur melalui media sosial dan gim daring.
“Ancaman radikalisasi dan terorisme terus beradaptasi mengikuti perkembangan teknologi informasi. Anak-anak dan remaja kini menjadi sasaran baru kelompok ekstremis yang bergerilya di platform digital,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, beberapa bulan lalu Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap lima tersangka jaringan Jamaah Ansharud Daulah (JAD) yang terafiliasi ISIS.
Kelima tersangka tersebut terbukti melakukan radikalisasi terhadap 110 anak di berbagai provinsi melalui media sosial dan game online.
Berdasarkan hasil kajian bersama BNPT, Densus 88, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), serta Kementerian Komunikasi dan Digital, proses radikalisasi di ruang digital dinilai jauh lebih cepat. Jika sebelumnya membutuhkan waktu bertahun-tahun, kini radikalisasi dapat terjadi hanya dalam kurun tiga hingga lima bulan.