Kondisi warga di Gaza (foto:APNews)

Gaza Kini Jadi Tempat Makan Termahal di Dunia

28 July 2025
Font +
Font -

UPdates—Di mana di dunia ini makanan lebih mahal daripada London, Dubai, dan New York?  Kedengarannya seperti lelucon murahan, tetapi jawabannya adalah Gaza.

You may also like : sandera bebas aaSandera Israel: Netanyahu, Sudah cukup, Anda telah Menghancurkan Hidup Kami

Di bawah blokade Israel yang menyesakkan, makanan, bahan bakar, dan bantuan kemanusiaan telah menjadi barang mewah bagi warga Palestina.

You might be interested : netanyahu afpIntelijen Amerika Bocorkan Rencana Israel Serang Fasilitas Nuklir Iran

Akibatnya? Orang-orang kelaparan. Bukan secara metaforis, bukan secara bertahap – secara harfiah. Sisa makanan yang sedikit telah didorong ke pasar gelap, seperti yang ditunjukkan oleh harga yang dibagikan kepada Metro oleh pekerja Christian Aid di lapangan.

Sekarung tepung 25 kg sekarang lebih mahal daripada makan malam berbintang Michelin di Paris, yang harganya mencapai Rp9,1 juta, dibandingkan dengan Rp190 ribu sebelum dimulainya perang.

Satu kilogram gula seharga Rp1,9 juta, sangat kontras dengan harga Rp13 ribu kurang dari dua tahun yang lalu.

Bahan pokok seperti minyak, roti, dan telur – jika tersedia – kini sepenuhnya tak terjangkau bagi warga Palestina.

Berbicara tentang dampak bencana kelaparan yang sedang berlangsung, Ranin Awad yang bekerja untuk mitra lokal Christian Aid di Gaza, Women’s Affairs Centre (WAC), dilansir keidenesia.tv dari Metro, Senin, 28 Juli 2025 menceritakan kepedihan mereka.

“Rekan-rekan saya dan saya hanya makan satu kali sehari, tergantung pada apa yang kami mampu dan apa yang tersedia. Kami mengalami kelelahan, pusing, dan rasa lemas yang luar biasa," katanya.

Menurutnya, beberapa bulan terakhir dipenuhi dengan kematian, ketakutan, dan pengungsian. "Rasanya seperti mimpi buruk yang telah menghancurkan harapan, kenangan, dan rumah kami," ujarnya.

“Rumah kami hancur dan kami terpaksa mengungsi berkali-kali. Semua kenangan kami telah musnah. Putra saya baru berusia satu bulan ketika perang dimulai. Dia memiliki kamar baru yang indah dengan perabotan dan mainan yang cantik. Tidak ada yang tersisa untuknya sekarang, semuanya abu,” lanjutnya.

Kementerian Kesehatan Gaza telah mencatat enam kematian lagi dalam 24 jam terakhir akibat kelaparan dan malnutrisi, termasuk dua anak.

Hal ini menjadikan jumlah total kematian akibat kelaparan menjadi 133, termasuk 87 anak-anak.

"Orang-orang di Gaza tidak hidup maupun mati, mereka seperti mayat berjalan," kata Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini.

Ia mengatakan bahwa satu dari lima anak di Kota Gaza mengalami malnutrisi – jumlah yang terus bertambah setiap hari karena bantuan kemanusiaan tanpa hambatan ditolak.

"Ketika malnutrisi anak melonjak, mekanisme koping gagal, akses terhadap makanan dan perawatan menghilang, dan kelaparan diam-diam mulai terjadi," katanya dalam sebuah unggahan di X.

Ia mengungkap, sebagian besar anak yang ditangani tim mereka kurus kering serta lemah. "Dan berisiko tinggi meninggal jika mereka tidak mendapatkan perawatan yang sangat dibutuhkan," ujarnya.

Di tengah kelaparan, warga Mesir telah meluncurkan sebuah inisiatif yang disebut 'Dari laut ke laut – sebotol harapan untuk Gaza'.

Botol-botol plastik diisi dengan biji-bijian, beras, dan lentil, lalu dilemparkan ke Laut Mediterania dengan harapan akan mencapai wilayah kantong tersebut – meskipun Pasukan Pertahanan Israel telah melarang warga Palestina memasuki perairan tersebut.

Meskipun sebagian besar bersifat simbolis – bertujuan untuk menyoroti tindakan Israel yang sengaja membuat warga sipil kelaparan, beberapa botol tampaknya telah mencapai Gaza.

Sebuah video yang dibagikan di TikTok oleh kreator Saqer Abu Saqr, dari utara wilayah kantong tersebut, menunjukkan dirinya berterima kasih kepada orang-orang Mesir karena telah mengirimkan sebotol lentil kuning.

"Ini datang melalui laut dari anak-anak muda di Mesir. Terima kasih, semoga Allah memberkahimu.," katanya sambil melambaikan hadiah tersebut.

Seorang kreator Palestina lainnya dengan sekitar 2,5 juta pengikut di Instagram, Mohamed Al Khalidi, membagikan video berjudul ‘Kota termahal di dunia.’

Berjalan menyusuri jalanan Kota Gaza yang runtuh, Mohamed menyoroti beberapa harga kebutuhan pokok – Rp813 ribu untuk satu kilogram tepung, Rp1,3 juta untuk satu kilogram gula, dan Rp483 ribu untuk satu kilogram lentil.

"Kelaparan semakin parah. Bahkan barang-barang paling sederhana pun kini harganya 10 kali lipat dari harga normal, dan hanya sedikit barang yang tersedia. Semuanya langka. Saya terus memikirkan mereka yang tidak punya uang sama sekali," ujarnya.

Israel telah menghadapi kritik yang semakin meningkat atas bencana kemanusiaan di Gaza karena perundingan gencatan senjata tidak langsung di Doha antara Israel dan Hamas telah gagal tanpa ada kesepakatan yang terlihat.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengecam Perserikatan Bangsa-Bangsa pada akhir pekan lalu dan meminta PBB berhenti menyalahkan pemerintahnya atas apa yang digambarkan oleh Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, sebagai 'kelaparan massal buatan manusia'.

Hal ini terjadi beberapa jam setelah militer mengatakan akan menghentikan operasi selama 10 jam sehari di tiga wilayah – Al Mawasi, Deir al-Balah, dan Kota Gaza – dan mengizinkan koridor bantuan baru.

Yordania dan Uni Emirat Arab menjatuhkan 25 ton makanan dan pasokan melalui udara ke wilayah kantong tersebut – yang masih kurang dari apa yang dapat dibawa oleh satu dari ratusan truk bantuan kemanusiaan yang terjebak di luar Gaza jika diizinkan.

Namun Lazzarini menekankan bahwa bantuan melalui udara tidak akan membalikkan keadaan kelaparan.

"Bantuan tersebut mahal, tidak efisien, dan bahkan dapat membunuh warga sipil yang kelaparan. Itu hanya pengalih perhatian dan tipu daya," ujarnya.

Ia menegaskan, kelaparan buatan manusia hanya dapat diatasi dengan kemauan politik. "Hentikan pengepungan, buka gerbang, dan jamin pergerakan yang aman dan akses yang bermartabat bagi orang-orang yang membutuhkan. Izinkan PBB, termasuk UNRWA, dan mitra kami, untuk beroperasi dalam skala besar dan tanpa hambatan birokrasi atau politik," tegasnya.

Menurutnya, di UNRWA, mereka memiliki jumlah yang setara dengan 6.000 truk di Yordania dan Mesir yang menunggu lampu hijau untuk memasuki Gaza.

"Mengangkut bantuan jauh lebih mudah, lebih efektif, lebih cepat, lebih murah, dan lebih aman. Ini lebih bermartabat bagi rakyat Gaza," tandasnya.

Font +
Font -

New Videos

Related UPdates

Popular

Quote of the Day

gus dur

Gus Dur

“Saya takut terjebak dalam budaya yang kecil, dalam pandangan yang sempit, dalam lingkungan yang sama”
Load More >