Ilustrasi perbatasan Thailand dan Kamboja (foto:Dok.delis/rri)

Gegara Suara Hantu Meratap Lewat Pengeras Suara, Kamboja dan Thailand Kembali Memanas

18 October 2025
Font +
Font -

UPdates - Mantan pemimpin Kamboja, Hun Sen mengeluhkan sikap Thailand yang ia tuding telah menyiarkan suara-suara seperti hantu di perbatasan yang disengketakan.

You may also like : sunrise grand canyon5 Tempat Paling Memukau di Dunia untuk Melihat Matahari Terbit dan Alasannya

Dalam postingannya di Facebook yang disadur Keidenesia.TV dari The Guardian, Sabtu, 18 Oktober 2025, Hun Sen yang kini menjabat sebagai presiden senat Kamboja yang berpengaruh, mengatakan bahwa Komisi Hak Asasi Manusia Kamboja telah melapor kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang “suara-suara yang keras dan bernada tinggi”.

Sen membagikan surat tertanggal 11 Oktober dari komisi yang ditujukan kepada Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, yang menguraikan apa yang disebutnya sebagai "pelanggaran berat hak asasi manusia yang melibatkan penggunaan suara-suara yang mengganggu sebagai bentuk intimidasi dan pelecehan psikologis" di sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja.

Komisi Hak Asasi Manusia Kamboja menyatakan telah menerima laporan kredibel dari pihak berwenang dan warga sipil terdampak di desa-desa sepanjang perbatasan yang menunjukkan bahwa unit militer Thailand menyiarkan "suara-suara menghantui yang menyerupai ratapan hantu melalui pengeras suara" diikuti oleh suara mesin pesawat sepanjang malam.

Komisi tersebut mengatakan rekaman audio yang mengganggu dan berlangsung dalam jangka waktu lama telah “mengganggu tidur, memicu kecemasan, dan menyebabkan ketidaknyamanan fisik”, serta mengancam akan “meningkatkan ketegangan antara negara-negara tetangga”.

Thailand dan Kamboja sepakat untuk melakukan gencatan senjata “segera dan tanpa syarat” setelah perundingan di Malaysia pada bulan Juli, yang bertujuan untuk menghentikan pertempuran terburuk antara kedua negara tetangga tersebut dalam lebih dari satu dekade.

Setidaknya 38 orang tewas dan lebih dari 300.000 orang mengungsi akibat pertempuran yang meletus di perbatasan kedua negara. Konflik ini terjadi setelah berbulan-bulan berbagai tindakan balasan, termasuk pelarangan impor film dan buah-buahan Thailand oleh Kamboja, dan seorang pengunjuk rasa Thailand yang melemparkan saus ikan ke potret Hun Sen.

Gencatan senjata diumumkan setelah presiden AS Donald Trump mengatakan dia telah menghubungi kedua negara dan memperingatkan bahwa negosiasi perdagangan akan dihentikan sementara sampai pertempuran berhenti.

Trump diperkirakan akan mengawasi kesepakatan damai formal antara Kamboja dan Thailand di sela-sela pertemuan puncak Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Malaysia akhir bulan ini.

Penolakan terhadap dugaan siaran seperti hantu ini muncul setelah Thailand menuduh Kamboja memasang ranjau baru di sepanjang perbatasan, lapor Reuters.

Ledakan ranjau darat, yang telah melukai setidaknya enam tentara Thailand sejak Juli, memicu bentrokan antara kedua negara.

Kamboja membantah tuduhan tersebut dan mengatakan tentara Thailand menginjak persenjataan yang ditanam selama perang saudara selama puluhan tahun yang menjadikannya salah satu negara dengan ranjau terbanyak di dunia.

 

Font +
Font -