UPdates—Ini seharusnya menjadi momen yang menggembirakan, saat keluarga berkumpul untuk merayakan hari kemenangan setelah sebulan berpuasa.
You may also like : Mulai 19 Januari 2025, Israel dan Hamas Sepakat Gencatan Senjata
Anak-anak dengan baju baru mereka mestinya menghabiskan hari dengan senyum kegembiraan dan makan enak.
You might be interested : Presiden Minta Pencairan THR Minimal H-7 Lebaran, Ojol juga Dapat
Tetapi sebagian besar dari 2 juta warga Palestina di Gaza hanya berusaha bertahan hidup. Tidak ada senyum kegembiraan. Hanya perih. Duka. Kehilangan. Hampir tidak ada makanan. Sungguh, sebuah ironi Idulfitri.
"Ini adalah Idul Fitri yang menyedihkan," kata Adel al-Shaer setelah menghadiri salat Id di luar ruangan di kota pusat Deir al-Balah sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari ABC News.
"Kami kehilangan orang-orang yang kami cintai, anak-anak kami, kehidupan kami, dan masa depan kami. Kami kehilangan siswa kami, sekolah kami, dan lembaga kami. Kami kehilangan segalanya," lanjutnya.
Adel al-Shaer bercerita sambil menangis. Dua puluh anggota keluarga besarnya tewas dalam serangan Israel, termasuk empat keponakannya yang masih anak-anak beberapa hari lalu.
Israel mengakhiri gencatan senjata dengan Hamas dan melanjutkan perang awal bulan ini ketika kelompok pejuang Palestina itu menolak untuk menerima perubahan pada perjanjian yang dicapai pada bulan Januari.
Serangan Israel telah menewaskan ratusan warga Palestina sejak itu, dan Israel tidak mengizinkan makanan, bahan bakar, atau bantuan kemanusiaan masuk selama empat minggu.
"Terjadi pembunuhan, pengungsian, kelaparan, dan pengepungan. Kita keluar untuk melaksanakan ritual Tuhan agar anak-anak senang, tetapi bagaimana dengan kegembiraan Idul Fitri? Tidak ada Idul Fitri," kata Saed al-Kourd, jamaah lainnya.
Perang dimulai ketika kelompok perlawanan Palestina yang dipimpin Hamas menyerbu Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 251 orang.
Hamas masih menahan 59 tawanan — 24 di antaranya diyakini masih hidup — setelah sebagian besar sisanya dibebaskan melalui gencatan senjata atau perjanjian lainnya.
Serangan mendadak itu merupakan bentuk perlawanan warga Palestina atas penjajahan dan penindasan yang mereka alami puluhan tahun.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 50.000 warga Palestina, sebagian besar adalah anak-anak dan wanita.
Pengeboman dan operasi darat Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza yang terkepung. Sekitar 90% penduduk terpaksa harus mengungsi berkali-kali.