UPdates - Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan (Sulsel) merilis inflasi Sulsel menjelang akhir tahun 2024. BPS melaporkan, inflasi Sulsel untuk bulan Oktober 2024 terbilang stabil di angka 1,53 persen.
Kepala BPS Sulsel, Aryanto mengungkapkan, angka tersebut berdasarkan inflasi year on year (y-on-y) yang tercatat dalam Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 105,68. Tercatat inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Luwu Timur, mencapai 2,18 persen dengan IHK sebesar 106,10. Sementara itu, inflasi terendah tercatat di Bulukumba sebesar 1,30 persen dengan IHK 105,15.
"Tingkat inflasi month to month (m-to-m) pada Oktober 2024 sebesar 0,15 persen dan tingkat inflasi year to date (y-to-d) Provinsi Sulawesi Selatan bulan Oktober 2024 sebesar 0,68 persen," jelas Aryanto dikutip Keidenesia dari laman resmi Pemprov Sulsel, Senin, 4 November 2024.
Aryanto menjelaskan, inflasi y-on-y disebabkan oleh kenaikan harga dalam berbagai kelompok pengeluaran. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami kenaikan sebesar 1,85 persen, diikuti oleh kelompok pakaian dan alas kaki yang naik 1,08 persen.
Selain itu, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga naik 0,7 persen, sementara kelompok perlengkapan dan perawatan rumah tangga naik 0,8 persen.
Kelompok lainnya juga menunjukkan kenaikan, seperti kesehatan 1,95 persen, transportasi 0,43 persen, rekreasi, olahraga, dan budaya 1,36 persen, serta pendidikan 1 persen.
Kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran juga mengalami kenaikan tertinggi sebesar 2,03 persen, dan kelompok perawatan pribadi serta jasa lainnya naik 5,93 persen. Sementara itu, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 0,10 persen.
Aryanto menyebutkan beberapa komoditas yang memberikan andil besar terhadap inflasi dari tahun ke tahun, antara lain emas perhiasan, sigaret kretek mesin, udang basah, kontrak rumah, dan berbagai jenis ikan. Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi y-on-y meliputi bensin, beras, tomat, dan daging ayam.
Pada inflasi bulanan (m-to-m), komoditas yang memberikan andil signifikan termasuk emas perhiasan, daging ayam ras, dan telur. Sebaliknya, komoditas yang mengalami deflasi m-to-m antara lain ikan layang dan bensin.
Kelompok pengeluaran yang menyumbang inflasi y-on-y juga bervariasi, dengan kelompok makanan dan minuman menjadi yang tertinggi, menyumbang 0,55 persen. Di sisi lain, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan memberikan andil deflasi sebesar 0,01 persen.
“Adapun kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan memberikan andil deflasi sebesar 0,01 persen terhadap inflasi y-on-y Oktober 2024," pungkasnya.