UPdates—Iran menyatakan kesiapan mereka berdamai dengan pemerintahan Donald Trump. Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan bahwa Teheran terbuka untuk mengadakan dialog dengan Donald Trump yang akan dilantik kembali sebagai presiden Amerika Serikat 20 Januari mendatang.
Dalam sebuah wawancara dengan NBC News, Pezeshkian mengatakan bahwa Iran pada prinsipnya terbuka untuk kembali duduk bersama. Namun, ia mengingatkan bahwa Amerika Serikat belum memenuhi komitmennya di masa lalu.
"Masalah yang kita hadapi bukanlah dalam dialog. (Tapi) adalah dalam komitmen yang muncul dari pembicaraan dan dialog yang harus kita lakukan," kata Pezeshkian sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari MNA, Rabu, 15 Januari 2025.
You might be interested : Skandal Seks Mantan Calon Jaksa Agung Pilihan Trump Dibongkar Komite Etika DPR AS
"Ketika Iran mengadakan pembicaraan dengan negara-negara besar tentang program nuklirnya, kami menegakkan semua komitmen yang harus kami lakukan. Namun sayangnya pihak lain tidak memenuhi janji dan kewajibannya," lanjutnya.
Ia menegaskan, selama tidak ada komitmen nyata, ia ragu. "Kami ragu bahwa, tidak peduli seberapa banyak kami terlibat dalam percakapan dan dialog, mereka mencoba untuk menggulingkan pemerintah, bukan menyelesaikan masalah," ujar Pezeshkian.
JCPOA ditandatangani pada tahun 2015 antara Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan Jerman. Mantan Presiden AS Donald Trump secara ilegal menarik diri dari kesepakatan tersebut pada tahun 2018 sementara Presiden AS saat ini, Joe Biden, telah mengisyaratkan bahwa ia siap untuk menghidupkan kembali perjanjian tersebut.
Rusia, Inggris, Jerman, Tiongkok, AS, dan Prancis telah berunding dengan Iran sejak April 2021 untuk memulihkan kesepakatan tersebut.
Pembicaraan untuk menyelamatkan JCPOA dimulai di ibu kota Austria, Wina, pada bulan April 2021, dengan tujuan untuk mengkaji keseriusan Washington dalam bergabung kembali dengan kesepakatan tersebut dan mencabut sanksi anti-Iran.
Negosiasi telah terhenti sejak Agustus karena Washington bersikeras pada posisi kerasnya untuk tidak mencabut semua sanksi yang dijatuhkan pada Republik Islam Iran oleh pemerintahan AS sebelumnya. Iran menegaskan bahwa pihak lain perlu memberikan sejumlah jaminan dan bahwa Iran akan tetap berkomitmen pada setiap kesepakatan yang dicapai.