UPdates - Kaghati Kolope adalah layang-layang tradisional masyarakat di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara.
You may also like : Heboh! Gaji TKA Rp18 Juta, Pekerja Lokal Rp2,9 Juta, Anggota DPD Umar Bonte "Pening" Mendengarnya
Dalam bahasa setempat, Kaghati artinya layang-layang, sedangkan Kolope berarti daun di hutan. Jadi Kaghati Kolope memiliki arti, layang-layang daun di hutan.
Dilansir dari laman p2k.stekom, seorang ahli layang-layang internasional asal Jerman sekaligus antropolog bernama Wolfgang Bieck mengklaim bahwa layangan dari Pulau Muna tersebut merupakan layang-layang pertama di dunia.
Pernyataan Wolfgang itu berdasarkan temuannya di Gua Sugipatini, Desa Liangkobori sekitar delapan kilometer dari Raha, ibu kota Pulau Muna.
Di dinding batu gua tersebut, Wolfgang menemukan lukisan tangan manusia yang menggambarkan seseorang sedang menerbangkan layangan.
Lukisan itu dibuat menggunakan tinta warna merah dari oker atau campuran tanah liat dengan getah pohon. Dia memperkirakan Kaghati telah berumur 4.000 tahun.
Hasil penelitian Wolfgang ini telah dipublikasikan pada sebuah majalah di Jerman bertajuk The First Kitman pada 2003.
Layangan khas Pulau Muna ini memiliki perbedaan jika dibandingkan layangan biasa. Bahan dasar untuk membuat layangan ini adalah daun kolope.
Kaghati dibuat secara tradisional dengan bahan-bahan yang berasal dari alam. Daun kolope atau umbi hutan sebagai bahan utama layarnya, kulit bambu untuk rangka, dan serat nanas hutan yang sudah dipintal menjadi tali. Seluruh bahan diolah secara alami hingga menjadi layangan yang tahan air.
Lembaran daun kolope yang telah dikeringkan lalu dipotong ujungnya. Satu per satu daun itu dijahit dengan menggunakan lidi dari bambu sebagai rangka layangan dan talinya dijalin dari serat nanas.
Masyarakat Pulau Muna biasanya menerbangkan Kaghati setelah panen raya. Layangan ini dapat disaksikan mengudara pada bulan Juni hingga September. Sebab, pada bulan-bulan itu angin timur sedang bertiup kencang.
Kaghati ini kedap air sehingga tahan berada di udara selama berhari-hari atau sekehendak pemiliknya kapan pun ingin diturunkan. Bila selama tujuh hari layang-layang yang diterbangkan tidak jatuh, pemilik layang-layang akan menggelar syukuran.
Guna melestarikan layangan Kaghati Kolope, pemerintah kabupaten Muna bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah beberapa kali menggelar festival Kaghati Kolope.
Tahun ini, rencananya Festival Kaghati Kolope akan dilaksanakan pada 11 hingga 18 Juli 2025, di Desa Liangkobori, Kabupaten Muna.