UPdates—Setidaknya 1.534 narapidana melarikan diri dari sebuah penjara di dekat ibu kota Mozambik dalam sebuah aksi yang direncanakan terkait dengan protes pasca-pemilu.
Dalam kejadian itu, 33 narapidana dilaporkan tewas dan 15 lainnya terluka.
Komandan Jenderal Polisi negara itu, Bernardino Rafael dalam laporan Noticias ao Minuto yang dilansir keidenesia.tv dari Anadolu, Kamis, 26 Desember 2024 mengatakan, mereka berusaha mengantisipasi peningkatan signifikan kejahatan di ibu kota Maputo selama 48 jam ke depan.
Di antara mereka yang kabur termasuk 29 teroris yang sangat berbahaya. "Sehingga itu menimbulkan kekhawatiran serius," kata Rafael yang mencatat bahwa hanya 150 narapidana yang melarikan diri yang sejauh ini berhasil ditangkap kembali.
Pelarian terencana di Penjara Pusat Maputo di Matola, yang terletak sekitar 15 kilometer dari ibu kota itu terjadi pada Rabu sekitar pukul 1 siang. waktu setempat. Aksi itu dipicu oleh tindakan sekelompok pengunjuk rasa subversif di daerah tersebut. Para pengunjuk rasa itu menuntut pembebasan sejumlah tahanan.
Hal ini memicu kerusuhan di dalam penjara, yang menyebabkan runtuhnya tembok dan memungkinkan mereka melarikan diri, meskipun penjaga penjara sudah berusaha keras untuk menghalangi mereka.
“Lebih dari 2.500 tahanan telah melarikan diri dari penjara dengan keamanan tinggi, termasuk Penjara Pusat Maputo. Insiden yang mengejutkan ini menimbulkan pertanyaan mendesak tentang keadaan keamanan dan sistem peradilan di Mozambik,” kata Adriano Nuvunga, direktur Pusat Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Mozambik.
Menurutnya, persoalan ini harus segera diselesaikan. “Sekarang, lebih dari sebelumnya, sangat penting bagi otoritas, masyarakat sipil, dan mitra internasional untuk berkolaborasi guna memastikan keselamatan publik dan mengatasi tantangan sistemik yang menyebabkan situasi ini,” tegasnya.
Pelarian massal tahanan tersebut terjadi di tengah aksi protes baru menyusul pengumuman Mahkamah Konstitusi yang mengonfirmasi bahwa Daniel Chapo dari Front Pembebasan Mozambik (Frelimo) yang berkuasa telah memenangkan pemilihan yang disengketakan pada tanggal 9 Oktober.
Mozambik mengalami gelombang protes keras sejak akhir Oktober, ketika otoritas pemilu menyatakan Chapo yang berusia 47 tahun sebagai pemenang dengan 71% suara. Ia mengalahkan pemimpin oposisi utama Venancio Mondlane, yang memperoleh 20% suara.