UPdates – Memasuki hari kelima ambruknya bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, hingga hari ini, Sabtu, 4 Oktober 2025, Tim SAR gabungan masih terus melakukan pencarian para korban yang tertimbun reruntuhan.
You may also like : Korban Meninggal di Ponpes Al Khoziny Jadi 14 Orang, 49 Santri Masih dalam Pencarian
Tak hanya air mata duka, tragedi ini juga mengurat beragam kisah heroik yang dilakukan oleh para relawan yang bekerja sepanjang hari mempertaruhkan nyawa dalam proses evakuasi.
You might be interested : Pemilik Pagar Laut sudah "Terkepung"
Salah satunya yakni kisah tentang keberanian yang ditunjukkan oleh seorang dokter TNI bernama dr. Aaron Franklyn Soaduon Simatupang.
Senin, 29 September 2025 malam, tim SAR gabungan menginformasikan kabar tentang seorang santri bernama Nur Ahmad (16) yang ditemukan dalam kondisi masih hidup di bawah reruntuhan bangunan. Kendala muncul karena lengan kiri Nur Ahmad terjepit beton.
Untuk sampai ke titik di mana Nur Ahmad berada, bukanlah perkara mudah. Ia terjebak di sebuah ruang sempit setinggi hanya sekitar 20 cm hingga 50 cm. Tim SAR juga harus merayap belasan meter di bawah kondisi struktur bangunan yang tidak stabil dan berisiko runtuh.
Di tengah waktu yang terus bergerak, tim pun memutuskan untuk mengambil keputusan berisiko tinggi yaitu melakukan amputasi langsung di lokasi kejadian untuk menyelamatkan nyawa Nur Ahmad. Kondisi korban tidak lagi memungkinkan untuk menunggu beton diangkat.
Adalah dr. Aaron Franklyn Soaduon Simatupang yang kemudian mengemban tugas itu. Misinya jelas, memastikan korban bisa dievakuasi dalam kondisi hidup, meski di satu sisi ia juga harus siap dengan resiko jika bangunan kembali runtuh sewaktu proses penyelamatan berlangsung.
“Dalam pikiran saya waktu itu, saya siap mati bersama pasien kalau bangunan ambruk lagi. Salah gerak sedikit saja bisa menyebabkan reruntuhan jatuh menimpa,” ungkap Aaron.
Bersama tim dokter lainnya, Aaron kemudian merayap pelan ke lokasi Nur Ahmad terjepit. Sesampainya di tempat itu, ia menyuntikkan obat bius lalu melaksanakan amputasi darurat pada lengan kiri Ahmad.
Dalam upaya penyelamatan tersebut, Aaron berada di bawah arahan Spesialis Ortopedi dan Traumatologi RSUD R.T. Notopuro, dr. Larona Hydravianto.
Butuh waktu sekitar 20 menit untuk menyelesaikan proses amputasi lengan korban.
"Kita amputasi setinggi siku di lokasi kejadian di bawah reruntuhan,” terangnya.
Nur Ahmad pun akhirnya bisa dievakuasi dalam keadaan selamat dan segera dilarikan ke IGD RSUD R.T. Notopuro untuk menjalani perawatan medis lanjutan.
Sementara itu, hingga Jumat, 3 Oktober 2025 pukul 23.05 WIB, data terbaru korban akibat ambruknya gedung Pondok Pesantren (ponpes) Al-Khoziny di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur terus berkembang.
Dirilis dari laman resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sabtu, 4 Oktober 2025, total korban tercatat sebanyak 167 orang. Dari jumlah tersebut, 118 orang telah ditemukan dengan rincian; 103 orang dalam kondisi selamat, 14 orang meninggal dunia dan satu orang kembali ke rumah tanpa memerlukan penanganan medis lanjutan.
Dari korban selamat, sebanyak 14 orang masih menjalani perawatan di rumah sakit, 89 orang telah diperbolehkan pulang dan satu orang dirujuk ke rumah sakit di Mojokerto. Sementara itu, sebanyak 49 orang lainnya (berdasarkan daftar absensi yang dirilis pihak pondok pesantren) masih dalam pencarian oleh tim SAR gabungan.