UPdates—Marly Garnreiter, 27, dari Paris menderita kesedihan dan stres setelah kematian ayahnya, yang ia yakini sebagai penyebab keringat malam dan kulit gatalnya.
You may also like : DeepSeek, Perusahaan AI Tiongkok yang Bikin Heboh
Saat gadis cantik itu menemui dokter, ia diberitahu kalau tidak ada masalah. Meski sudah ada hasil pemeriksaan dokter, ia iseng bertanya ke ChatGPT yang mendiagnosanya kanker darah. Tentu saja, ia tak percaya karena dokter yang memeriksanya secara langsung sudah meyakinkan ia sehat.
Kisah ini bermula saat Marly Garnreiter kehilangan ayahnya, Victor, 58, karena kanker usus besar. Sang ayah tercinta meninggal pada Januari 2024 setelah didiagnosis menderita kanker usus besar pada tahun 2022.
Setelah sang ayah meninggal, ia mulai menderita keringat malam dan kulit gatal, yang menurutnya disebabkan oleh kesedihannya yang terlalu dalam.
Dia lantas menemui dokter dan menjalani beberapa tes darah. Hasilnya, semuanya baik-baik saja. Dokternya setuju bahwa kesedihanlah yang memberinya gejala-gejala ini.
"Saya mulai kehilangan banyak berat badan ketika dia baru saja meninggal. Saya tetap makan makanan dalam jumlah normal, tetapi saya pikir kecemasanlah yang membuat saya kehilangan banyak berat badan. Saya menerima kenyataan bahwa Anda kehilangan berat badan dengan kesedihan," tuturnya sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari The Mirror, Senin, 24 Maret 2025.
Marly yang seorang ahli strategi dari Paris, Prancis, melanjutkan, "Saya mengalami keringat malam dan kulit gatal. Lagi-lagi saya pikir itu kecemasan."
Namun seiring berjalannya waktu Marly mulai mempertanyakan kemungkinan adanya sesuatu yang lebih dari sekadar efek kecemasan dan kesedihan. "Saya merasa saya mampu mengatasi kesedihan itu dengan baik. Saya pikir pasti ada sesuatu," ujarnya.
Ia lantas memasukkan gejala-gejala yang dialaminya ke ChatGPT yang menyatakan bahwa dia kemungkinan menderita kanker darah. "Pada bulan Mei saya mengirim video ke teman-teman saya - saya telah bertanya kepada ChatGPT dan dikatakan bahwa saya menderita kanker darah," ungkapnya.
Karena sudah pernah ke dokter, ia tentu saja tak percaya. Teman-temannya pun memberikan tanggapan sama. "Saya mengabaikannya. Kami semua skeptis," katanya.
Mengabaikan ChatGPT, Marly lantas diminta untuk berkonsultasi ke dokter sungguhan. Setelah merasakan lelah sepanjang waktu dan merasakan seperti ada tekanan di dadanya, dia akhirnya memutuskan pergi menemui dokter umumnya kembali pada Januari 2025.
"Menjelang Natal, saya mulai merasa ada yang tidak beres. Dada saya terasa nyeri terus-menerus. Saya merasa lelah sepanjang waktu," bebernya.
Usai pemeriksaan, ia mulai khawatir. Hasil pemindaian menunjukkan ada sesuatu di paru-paru kirinya. Dokter umumnya menemukan "massa besar". Dia kemudian dirujuk ke dokter spesialis paru-paru yang melakukan biopsi.
Pada akhirnya, ChatGPT benar. Dokter mendiagnosis Marly menderita limfoma Hodgkin - sejenis kanker darah. Marly didiagnosis menderita kanker pada 10 Februari 2025.
"Saya merasa sangat marah. Saya merasa semuanya tidak adil. Saya tidak ingin keluarga saya mengalami hal ini sekali lagi," katanya.
Kini Marly telah menerima keadaannya dan memulai kemoterapi – yang akan ia jalani sebanyak empat hingga enam kali – dan melakukannya selangkah demi selangkah.
Marly berkesempatan melakukan pengambilan sel telur sehingga ia dapat membekukan sel telurnya sebelum memulai kemoterapi pada tanggal 1 Maret lalu.
Setelah memulai kemoterapi, Marly menunjukkan optimisme soal masa depannya. "Saya merasa yakin untuk masa depan. Sangat penting untuk mendengarkan tubuh kita. Terkadang kita cenderung kehilangan koneksi dengan diri kita sendiri. Penting untuk tetap selaras," tandasnya.