UPdates - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan meningkatnya perdagangan narkoba sintetis di kawasan Asia Timur dan Tenggara. Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) merilis laporan terbaru, pada 28 Mei 2025.
You may also like : Jepang Gagas "NATO Asia"
Dilansir dari RRI, dalam laporan tersebut, terungkap adanya lonjakan signifikan dalam penyitaan sabu-sabu. Sepanjang tahun lalu, jumlah sabu-sabu yang berhasil disita mencapai rekor baru sebesar 236 ton.
You might be interested : Sekjen PBB Minta India dan Pakistan Menahan Diri dan Hentikan Perang
Angka tersebut naik 24 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sekitar 90 persen dari total penyitaan tersebut berasal dari Asia Tenggara.
Laporan ini menunjukkan betapa dominannya kawasan ini dalam rantai produksi dan distribusi narkoba. Laporan tersebut juga menyoroti perdagangan sabu yang kini dijalankan oleh kelompok kejahatan transnasional dalam skala industri.
Jaringan mereka sangat luas dan terorganisasi dengan rapi. Myanmar, khususnya negara bagian Shan, menjadi pusat perhatian dalam laporan ini.
Shan memproduksi sabu berlangsung secara masif di tengah konflik berkepanjangan yang melanda Myanmar. Laboratorium tersembunyi di wilayah terpencil digunakan untuk memproduksi sabu dalam jumlah besar.
Jaringan distribusi narkoba ini melibatkan negara-negara tetangga seperti Thailand, Laos, dan Vietnam. Selain itu, distribusi narkoba ini juga menjangkau pasar internasional termasuk Australia, Jepang, dan negara-negara Barat.
UNODC menyerukan kerja sama regional yang lebih kuat dalam menghadapi ancaman ini. Penegakan hukum lintas batas dan pengawasan perbatasan yang ketat dinilai sangat penting untuk menekan laju perdagangan sabu.
Selain itu, penyelesaian konflik di Myanmar dianggap sebagai langkah krusial untuk mengatasi akar masalah. Jika tidak segera dikendalikan, UNODC memperingatkan kawasan Asia Timur dan Tenggara berisiko menjadi pusat utama perdagangan sabu dunia.