UPdates—Ketika seorang kontraktor tukang di Jepang menghadapi pasar yang terlalu jenuh, mereka beralih ke solusi yang cukup unik: nenek sewaan.
Client Partners Tokyo memulai layanan OK! Obaachan (Nenek OK!) pada tahun 2011. Layanan ini dengan cepat menjadi populer.
"Saya tidak pernah bosan," kata Taeko Kaji, 69 tahun, salah satu nenek sewaan, kepada ABC Australia sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari Good News Network, Kamis, 7 Agustus 2025.
You might be interested : Besok, Jepang Bidik Tiket Pertama Piala Dunia 2026 Lewat Kualifikasi, Argentina dan Iran Menyusul
“Saya bisa keluar dan mendapatkan pengalaman-pengalaman ini, dan itulah mengapa menerima pekerjaan ini adalah keputusan yang tepat bagi saya,” lanjutnya.
Client Partners mengizinkan pelanggan untuk menyewa jasa pemandu dan juru bahasa, tetapi kekhawatiran masyarakat Jepang akan kesepian yang biasa terjadi di kota besar mendorong perusahaan untuk mulai menyewa teman, 'bibi', dan sekarang bahkan nenek.
“Beberapa orang mungkin tidak pernah memiliki ibu sejak awal,” ujar CEO Client Partners, Ruri Kanazawa, kepada ABC.
“Staf nenek kami, yang memasak untuk para tamu dan bertindak seperti ibu bagi mereka, membantu memberikan kehangatan keibuan yang mereka butuhkan,” jelasnya.
Selain kesepian, layanan ini dapat dilihat sebagai solusi atas tantangan sosial lain di Jepang: besarnya populasi lansia. Sama besarnya dengan di tempat lain di dunia, semakin sedikit penduduk Jepang usia kerja yang dapat mendukung meningkatnya jumlah pensiunan.
Bekerja dapat memberikan keamanan ekonomi yang lebih baik, tetapi banyak pekerjaan menjadi tidak tersedia, terutama bagi perempuan yang berada di usia senja.
Dalam masyarakat tradisional, para tetua mengambil peran seperti itu: sebagai pemegang kebijaksanaan, pendongeng, hakim, dan guru.
Kontraktor nenek di Client Partners sangat memenuhi posisi tersebut—dengan upah per jam yang cukup tinggi, sekitar $55 atau sekitar Rp898 ribu.
Selama bertahun-tahun, ABC News melaporkan, masyarakat Jepang melihat perempuan bekerja hingga menikah, lalu berhenti bekerja, tinggal di rumah untuk membesarkan anak-anak hingga mereka masuk sekolah, lalu kembali bekerja melalui kontrak atau kerja paruh waktu.
Generasi perempuan ini, jika mereka menikah, akan mendapatkan jaminan pensiun melalui program pensiun suami mereka.
Tetapi beberapa perempuan, yang mungkin belum pernah menikah, atau yang suaminya meninggal muda, menghadapi kekurangan pekerjaan yang ekstrem.
Berbagi cinta dan pengalaman hidup mereka dengan keluarga muda jelas merupakan kesempatan yang banyak orang senangi dan nikmati.