Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Gadjah Mada (UGM), Zainal Arifin Mochtar (Foto: X/Tangkapan Layar)

Menteri Fadli Zon Sangkal Pemerkosaan Massal 98, Guru Besar UGM Minta Pasang Hati

14 June 2025
Font +
Font -

UPdates—Menteri Kebudayaan, Fadli Zon menuai kecaman setelah menyebut peristiwa pemerkosaan massal pada 1998 hanya rumor. Fadli menyangkal adanya pemerkosaan massal itu dalam wawancara tentang proses penulisan ulang sejarah bersama jurnalis senior dari IDN Times, Uni Zulfiani Lubis.

You may also like : sukatani igHeboh Lagu Kritik Polisi "Bayar Bayar Bayar", Ini Liriknya, Reaksi Pemerintah dan Polri

"Pemerkosaan massal kata siapa itu? Enggak pernah ada proof-nya. Itu adalah cerita. Kalau ada tunjukkan, ada enggak di dalam buku sejarah itu?" kata Fadli Zon dalam wawancara yang ditayangkan di siaran YouTube media IDN Time pada Rabu, 11 Juni 2025 sebagaimana dilansir keidenesia.tv, Sabtu, 14 Juni 2025.

You might be interested : macron borobudurSudah Dilarang, Presiden Macron, Istri, dan Letkol Teddy Lakukan Mitos Kunto Bimo di Borobudur, Ini Respons Young Buddhist

Politikus Gerindra itu menegaskan bahwa dirinya pernah menguji para sejarawan dengan mengatakan bahwa peristiwa tersebut telah diakui oleh tim pencari fakta. "Saya sendiri pernah membantah itu dan mereka (penulis ulang sejarah) tidak bisa buktikan," ujar Fadli.

Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Gadjah Mada (UGM), Zainal Arifin Mochtar sangat menyesalkan pernyataan Fadli Zon. Dosen kelahiran Makassar itu menyebut Fadli Zon bicara tanpa dasar.

Penggiat antikorupsi yang menjadi salah satu pendiri Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) UGM itu menegaskan, Fadli Zon harus membaca buku Merawat Ingatan, Menjemput Keadilan.

"Soal Pak Fadli Zon yang bicara soal tidak ada bukti pemerkosaan massal, saya kira dia harus baca ini (buku Merawat Ingatan, Menjemput Keadilan). Jadi pasang mata dan hati dibanding kemudian bicara tanpa dasar," tegasnya dalam video yang dilihat keidenesia.tv, Sabtu, 14 Juni 2025.

Uceng, sapaan Zainal Arifin Mochtar mengatakan, di buku itu dijelaskan setelah detail kasus-kasus pelanggaran HAM yang disorot Komnas HAM. "Di halaman 169 membahas detail soal kerusuhan Mei 98 dan membahas soal pemerkosaan," ujarnya.

Menurutnya, memang ada perbedaan jumlah korban pemerkosaan temuan TGPF dan Tim Relawan untuk Kemanusiaan. TGPF kata dia di buku itu menyebut ada 52 korban pemerkosaan. Sedangkan Tim Relawan untuk Kemanusiaan menyebut angka 153 orang.

"Tim Relawan untuk Kemanusiaan itu mengatakan pemerkosaan dan pelecehan seksual sampai 3 Juli 1998 itu, karena ini berbasis laporan, di Jakarta itu 153 orang. Kebanyakan konsentrasinya itu di keluarga Tionghoa. Itu jelas dicantumkan di situ," ungkapnya.

"Buku ini menjelaskan detail, karena buku ini buku resmi Komnas HAM yang bicara mengenai bagaimana mereka melakukan penyelidikan, termasuk soal kesimpulan pemerkosaan.

TGPF menyampaikan ada aksi brutal yang terpola dan terorganisasi, bahkan ditulis di sini, mereka terlatih dan besar kemungkinan terkait dengan militer. Jadi tolong Pak Fadli Zon, miliki dan baca ini," lanjutnya.

Kecaman terhadap Fadli Zon juga ramai di media sosial. Bahkan, di X, Fadli Zon menjadi salah satu trending topik. Ia dicap warganet jahat karena menyangkal pemerkosaan massal itu. Beberapa netizen juga menyindir status Fadli Zon sebagai seorang sejarawan.

Font +
Font -

New Videos

Related UPdates

Popular

Quote of the Day

capture

Benjamin Franklin

"Investasi dalam pengetahuan adalah hal terpenting."
Load More >