UPdates - Tari Pa’jaga mungkin tak seterkenal Pakarena, Pajoge, Paduppa, maupun Gandrang Bulo di Sulawesi Selatan (Sulsel). Akan tetapi, tarian asal Desa Limbuang, Kecamatan Maiwa ini menyimpan filosofi mendalam terkait para leluhur Enrekang.
Sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari jadesta.kemenpar.co.id, Senin, 4 Agustus 2025, Tari Pa’jaga merupakan tradisi dalam rangkaian pesta adat Maccera’ To Manurung La Ceppaga di Kabupaten Enrekang.
Tari Pa’jaga dilakukan dengan maksud untuk menjaga tombak dan simbol baju To Manurung. Tarian ini juga biasanya digelar saat acara-acara kedaerahan maupun menyambut tamu penting, sebagai salah satu cara untuk melestarikannya.
Sementara itu, dilansir dari website Desantara Foundation, di antara tradisi Bumi Massenrempulu, Tari Pa’jaga berperan besar sebagai medium untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu.
Pa’jaga adalah tarian yang menggambarkan atraksi para pengawal yang siap melindungi raja. Para pengawal itu disebut dengan Pa’sere yang semuanya adalah laki-laki dan biasanya berasal dari pemangku adat.
Pa’sere yang dilengkapi tombak berjumbai bulu kuda pun menari-nari mengikuti irama tabuhan gendang. Sejurus kemudian, muncul Pa’sajo alias sosok yang bertugas sebagai pembawa pesan dari To Manurung.
Salah satu pesan yang biasanya disampaikan adalah “Tallang buku-bukunna-menre lunra’na”. Artinya, semoga kesuburan tanah bertambah dan hasil yang melimpah dinikmati oleh warga Massenrempulu.