UPdates - Rabu, 2 Juli 2025, Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina, dr. Marwan Al Sultan beserta keluarganya tewas dalam serangan udara yang dilakukan oleh pasukan Israel.
You may also like : Wakil Komandan Kompi Israel Tewas Bersama Anak Buahnya di Gaza, 2 Terluka
Disadur keidenesia.tv dari laman Pusat Hak Asasi Manusia Palestina (PCHR), Kamis, 3 Juli 2025, serangan udara yang dilancarkan oleh Pasukan Pendudukan Israel (IOF) pada Rabu sore kemarin tersebut, mengakibatkan terbunuhnya dokter Marwan bersama delapan anggota keluarganya, termasuk istri, anak perempuan, saudara perempuan, dan lainnya.
You might be interested : Pembantaian Jelang Sahur di Gaza, 413 Tewas, 562 Terluka, Tubuh Anak-anak Tercabik-cabik
Kantor berita Palestina WAFA, melaporkan bahwa jenazah dokter Marwan dan keluarganya telah dibawa ke RS Al-Shifa di Gaza.
Sementara itu, organisasi medis Palestina menjelaskan bahwa dokter Marwan adalah petugas kesehatan ke-70 yang terbunuh oleh serangan Israel dalam 50 hari terakhir. menurut data PBB, jumlah total petugas kesehatan yang tewas dalam serangan militer sejak perang dimulai pada Oktober 2023, kini melebihi 1.400.
Kematian dokter Marwan dan keluarga membawa duka mendalam bagi warga Palestina di Gaza. Sebagai Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Marwan memiliki karier panjang sebagai dokter.
Disadur dari CNN, dokter Marwan merupakan konsultan kardiologi intervensional yang banyak bekerja sama erat dengan tim kemanusiaan internasional di Gaza utara, termasuk dari Inggris, Prancis, Belanda, Belgia, Spanyol, Kanada, dan Maroko.
Menurut keterangan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia, Al Sultan adalah sosok yang berdedikasi, yang tanpa henti memimpin RS Indonesia dalam situasi sulit.
Ia tanpa lelah berusaha menyediakan layanan medis penting bagi rakyat Palestina meskipun terus-menerus diancam serangan udara Israel dan menghadapi keterbatasan sumber daya parah.
Pada Desember 2024, Rumah Sakit Indonesia sempat dikepung oleh Israel di mana seluruh staf medis dan pasien dipaksa evakuasi. Tak lama setelah pengepungan dan blokade itu, Al Sultan kembali ke RS Indonesia untuk melanjutkan operasi selama gencatan senjata Januari 2025.
Pada Januari hingga Maret 2025, tim EMT MER-C Indonesia berkolaborasi langsung dengan Al Sultan dalam menghidupkan kembali layanan darurat dan memulihkan operasional rumah sakit secara penuh.
"Ia dikenal karena keterusterangan, spontanitas, dan kepemimpinannya yang tegas-sifat-sifat yang menghiasi rapat manajemen rumah sakit, yang sering kali diisi dengan perdebatan sengit dan selalu diakhiri dengan keakraban sambil minum kopi dan makan bersama," demikian keterangan MER-C Indonesia.
Kementerian Kesehatan Gaza sementara itu menggambarkan Al Sultan sebagai sosok yang penuh kasih sayang.
"Ia menjadi simbol dedikasi, keteguhan, dan ketulusan di saat-saat tersulit dan saat-saat paling berat yang dialami rakyat kita yang terus-menerus mengalami agresi," demikian pernyataan Kemkes Gaza, seperti dikutip dari BBC.