UPdates—Kesalahan pada Jalur Gemilang yang ditampilkan di halaman depan surat kabar lokal Tiongkok tidak dapat diterima. Raja Malaysia, Sultan Ibrahim Iskandar ikut protes dengan kejadian itu.
You may also like : Ramadan 2025, Arab Saudi Masuki Musim Semi dan Cenderung Dingin
Sultan Ibrahim mengatakan bendera bukan sekadar kain hiasan, melainkan mewakili perjuangan bangsa, sejarah, makna kemerdekaan, dan semangat rakyatnya.
You might be interested : Insiden Penembakan 5 WNI, DPR: Malaysia harus Terbuka, jangan Ada yang Ditutup-tutupi
“Sebagai warga negara, kita mengibarkan bendera dengan bangga dan patriotisme di seluruh masyarakat multiras kita," katanya sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari The Straits Times, Kamis, 17 April 2025.
Menurutnya, kesalahan ini bisa memicu reaksi warga. “Kesalahan memajang gambar Jalur Gemilang tanpa bulan sabit sebagaimana dimuat di halaman depan surat kabar berbahasa Mandarin setempat, dapat memicu kepekaan masyarakat dan tidak dapat diterima,” tegas Sultan Ibrahim dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Facebook pada 16 April.
Sultan Ibrahim juga mengatakan Jalur Gemilang merupakan simbol kedaulatan dan identitas negara. Ia mengatakan manajemen dan editor surat kabar seharusnya lebih peka dan meninjau materinya sebelum menerbitkannya.
Menanggapi pernyataan Raja, Sin Chew Daily mengatakan akan mengambil tindakan terhadap staf yang bertanggung jawab atas kesalahan bendera tersebut.
“Manajemen Sin Chew Daily tanpa syarat mengakui saran dari Yang Mulia Sultan Ibrahim, Raja Malaysia, atas kesalahan Jalur Gemilang yang dimuat di halaman depannya," demikian bunyi pernyataan tersebut.
“Raja yang menyatakan bahwa Jalur Gemilang adalah lambang negara Malaysia, telah mengingatkan agar media massa harus cermat dan teliti dalam memeriksa isi sebelum dipublikasikan,” lanjut pernyataan tersebut.
Manajemen harian tersebut telah melakukan peninjauan internal secara menyeluruh terhadap masalah tersebut dan staf yang bertanggung jawab atas kesalahan tersebut telah dikenakan tindakan disipliner.
Mereka juga telah meninjau prosedur, khususnya yang berkaitan dengan penggunaan kecerdasan buatan.
“Kami berjanji untuk bersikap ekstra hati-hati dan peka dalam menangani masalah yang dapat merugikan martabat nasional dan hubungan antar ras,” demikian pernyataan tersebut.
Harian tersebut telah mengeluarkan permintaan maaf dalam tiga bahasa, yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Malaysia, dan Bahasa Mandarin, atas kesalahan tersebut.
Menurut mereka, ilustrasi itu secara tidak sengaja menghilangkan bulan sabit dari bendera Malaysia yang diterbitkan pada 15 April.
"Ini adalah kesalahan yang tidak disengaja yang terjadi selama proses desain. Kami telah mengubah versi digital, dan pemberitahuan yang sama akan dipublikasikan dalam versi cetak. Kami mohon maaf sebesar-besarnya kepada para pembaca, anggota komunitas Malaysia, dan masyarakat umum. Kami menyesalkan kesalahan tersebut,” katanya.
Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri telah mengeluarkan surat pernyataan kepada harian tersebut dan memulai penyelidikan atas masalah tersebut.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada tanggal 16 April, kementerian tersebut mengatakan bahwa pihaknya menganggap serius masalah tersebut dan bahwa penghilangan bulan sabit, simbol yang mewakili Islam sebagai agama Federasi, merupakan kelalaian serius yang seharusnya tidak terjadi.
“Selain itu, tindakan tersebut tidak hanya mencerminkan pelanggaran standar profesional tetapi juga berpotensi memicu ketidakharmonisan dalam masyarakat majemuk bangsa ini,” katanya.
Kementerian juga menekankan bahwa Jalur Gemilang bukan hanya sekadar simbol tetapi juga merupakan perwujudan kedaulatan, persatuan, dan identitas bangsa yang harus dihormati dan dijunjung tinggi oleh semua pihak.
“Setiap pihak yang gagal mematuhi spesifikasi resmi bendera sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Lambang dan Nama (Pencegahan Penggunaan yang Tidak Pantas) tahun 1963 dapat dikenakan tindakan berdasarkan undang-undang yang berlaku,” kata kementerian tersebut.
Selain itu, kementerian tersebut mengatakan tidak akan ada kompromi terhadap pihak mana pun yang kelalaiannya mengancam ketertiban umum atau kerukunan nasional sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Percetakan dan Penerbitan 1984.
"Tindakan tegas terhadap pelanggaran sesuai dengan kedua undang-undang ini akan dipertimbangkan setelah penyelidikan selesai," kata pernyataan itu.
Sementara itu, Inspektur Jenderal Polisi Tan Sri Razarudin Husain mengatakan total 13 laporan polisi telah diajukan terhadap Sin Chew Daily atas masalah tersebut.
"Sejauh ini, kami telah menerima 13 laporan polisi dan kami telah memulai penyelidikan.
Sementara itu, penyidik polisi federal dilaporkan akan memeriksa seorang pemimpin redaksi dan seorang wakil kepala sub-editor dari Sin Chew Daily Kamis siang ini atas penerbitan ilustrasi Jalur Gemilang yang tidak lengkap di halaman depannya.
Inspektur Jenderal Polisi Tan Sri Razarudin Husain mengatakan keduanya dijadwalkan bertemu dengan petugas dari Unit Investigasi Kejahatan Rahasia (USJT) Departemen Investigasi Kriminal Federal pada pukul 1 siang hari ini.
"Investigasi mengungkapkan bahwa pemimpin redaksi berperan dalam menyetujui gambar bendera, sementara wakil kepala sub-editor adalah ilustrator desain grafis yang bertanggung jawab atas bendera tersebut," katanya saat dihubungi hari ini.