UPdates—Pasar saham Indonesia terguncang setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 7,11 persen, memicu penghentian sementara perdagangan.
You may also like : Ramai Kasus Uang Palsu, DPR Minta Pengawasan Diperketat saat Ramadan
Situasi mengejutkan ini menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan terulangnya krisis moneter, seperti yang terjadi pada 1998 atau krisis keuangan saat pandemi COVID-19.
You might be interested : Habib Rizieq Minta Prabowo Seret Jokowi dan Fufufafa ke Pengadilan
Penurunan IHSG kali ini menurut pengamat politik Rocky Gerung bukan sekadar gejolak ekonomi biasa. Menurutnya, ini refleksi dari ketidakpastian politik yang kian meningkat.
Dalam bincang-bincang dengan jurnalis senior, Hersubeno Arief, ia menyinggung bahwa Indonesia saat ini tengah menghadapi krisis ekonomi yang bertemu dengan krisis politik, dan memungkinkan terulang kembali krisis yang pernah terjadi di tahun 98.
Rocky berpendapat bahwa isu politik bisa ditunda dengan negosiasi di antara partai, namun reaksi pasar terhadap keadaan politik itu tak bisa dinegosiasikan.
"Isu politik mungkin bisa ditunda dengan negosiasi di antara partai demikian juga soal keributan atau keriuhan kontroversi Undang-Undang TNI dengan negosiasi masih bisa dicari semacam keseimbangan antara pro dan kontra. Tetapi kalau soal reaksi pasar terhadap keadaan politik itu tidak mungkin dinegosiasikan karena pasar punya jalan pikirannya sendiri," kata Rocky Gerung sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari Kanal YouTube Channel @RockyGerungOfficial, Kamis, 20 Maret 2025.
Rocky menegaskan, kehebohan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) itu drop 5% dan menurut aturan maka pasar mesti dihentikan adalah penanda bahwa reaksi ekonomi itu adalah hal yang paling jujur dalam membaca dinamika politik.
"Jadi kita lihat reaksi pasar ini, ada pasar portofolio, pasar surat, pasar saham, sama dengan pasar nyata (real) di Tanah Abang yang sepi pembeli. Dulu Bill Clinton ditanya apa yang akan menyebabkan keguncangan politik? Kata Bill Clinton 'The Economy Stupid' atau artinya Ekonomi Dungu," tegasnya.
Bagi Rocky, salah satu tantangan terbesar bagi Prabowo adalah meyakinkan publik bahwa pemerintahannya mampu menstabilkan situasi tanpa harus bergantung pada kebijakan populis yang berisiko bagi perekonomian jangka panjang.
“Krisis bisa dihindari jika pemerintah segera mengambil langkah konkret. Tapi jika dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin kita akan melihat skenario yang mirip dengan 1998,” tegas Rocky.
Kondisi ini juga mendapat atensi serius DPR RI. Kalangan Senayan memberikan warning. “Pasar saham dan ekonomi nyata sedang menghadapi tekanan serius. Investor kehilangan kepercayaan, masyarakat menahan belanja. Jika ini berlanjut, dampaknya akan semakin luas,” ujar Wakil Ketua Komisi XI DPR RI M Hanif Dhakiri dalam keterangan tertulis di Jakarta sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari situs resmi DPR RI, Kamis, 20 Maret 2025.
Kondisi ini menurutnya adalah sinyal peringatan. Pasar saham jatuh karena ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lemah, sementara deflasi mencerminkan kurangnya permintaan di sektor riil. Investor butuh kepastian kebijakan, sementara masyarakat butuh kepastian ekonomi.
“Stimulus ekonomi harus segera dipercepat. Bantuan sosial, insentif pajak, serta pencairan THR harus berjalan tepat waktu untuk menopang daya beli,” tegas Politisi Fraksi PKB ini.
Hanif menegaskan, pemerintah harus bergerak cepat dan presisi. Kepercayaan pasar harus dipulihkan, investasi harus didorong, dan kebijakan moneter serta fiskal harus selaras agar ekonomi tidak semakin terpuruk.
"Ekonomi butuh kepastian, bukan sekadar wacana. Jika tidak ditangani dengan tepat, kita bisa menghadapi perlambatan yang lebih dalam,” pungkasnya.
Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto dilaporkan akan bertemu dengan kelompok investor setelah Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia melemah. Hal ini disampaikan Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan di Kantor Presiden, Rabu, 19 Maret 2025.
"Nanti Presiden akan bertemu dengan investor market. Nanti lagi diatur, Seskab yang atur," ujar Ketua DEN Luhut Binsar Pandjaitan sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari RRI.co.id.
Berkaitan dengan anjloknya IHSG di BEI, menurut Luhut, saat ini IHSG masih rebound. Namun, Luhut, tentu pemerintah terus mengawasi pergerakan dari IHSG dari waktu ke waktu.
"Kita awasilah dengan cermat ke depan semua. Presiden tetap akan hati-hati masalah disiplin fiskal, dan betul-betul dihitung dengan baik," ujar Luhut.