Ilustrasi pengunjung mal (Foto: Freepik)

Rojali-Rohana Viral, Asosiasi Pengusaha: Daya Beli Warga Turun

27 July 2025
Font +
Font -

UPdates—Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Alphonsus Widjaja, menilai daya belanja masyarakat saat ini sedang menurun.

You may also like : trump daily ausafTrump Tetapkan Tarif Impor 19 Persen dengan Sejumlah Syarat, Indonesia Rugi Besar?

Meski saat ini pengunjung mal meningkat, intensitas pengunjung yang tidak belanja juga naik karena tekanan ekonomi.

“Daya beli masyarakat kelas menengah bawah sedang tertekan. Mereka tetap datang ke mal, namun hanya membeli barang harga murah, bahkan cenderung tidak melakukan perbelanjaan,” kata Alphonsus saat berbincang dengan Pro 3 RRI, Minggu, 27 Juli 2025 sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari RRI.co.id.

Alphonsus mengatakan, banyak pengunjung hanya datang untuk bersantai atau menikmati fasilitas gratis. “Pusat perbelanjaan kini bukan sekadar tempat belanja, tapi juga hiburan, edukasi, dan sosial,” ujarnya.

Dijelaskan Alphonsus, fenomena Rombongan Jarang Beli (Rojali) dan Rombongan Hanya Nanya-Nanya (Rohana) yang belakangan ini viral di media sosial bukanlah hal baru. Istilah itu kembali mencuat karena daya beli masyarakat terus melemah.

Fenomena Rojali-Rohana menurut Alphonsus  terjadi karena fungsi sosial mal makin dibutuhkan pascapandemi.

“Interaksi langsung kini menjadi kebutuhan konsumen, bukan sekadar hanya belanja saja,” jelasnya.

Menurutnya, fenomena Rojali-Rohana hanya bersifat musiman dan tidak akan berlangsung lama. "Fenomena ini bersifat musiman yang terutama terjadi saat daya beli masyarakat melemah," ujarnya.

Ia juga menyebut kelas menengah atas juga mengubah perilaku konsumsi. Ia mengatakan bahwa penyebabnya bukan semata soal uang, melainkan dipengaruhi faktor global seperti nilai tukar dan tarif.

Tren penurunan belanja terjadi di semua sektor usaha di mal, bukan hanya fashion. Sektor makanan dan minuman juga terdampak karena frekuensi pembelian menjadi lebih jarang.

Ia menyebut mal yang hanya fokus pada fungsi belanja akan semakin sepi pengunjung. “Yang bertahan adalah mal yang penuhi kebutuhan sosial masyarakat,” ujarnya.

Saat ini kata Alphonsus, Indonesia memang sedang memasuki periode low season (musim sepi) penjualan. "Pada tahun ini menjadi lebih panjang karena Ramadan dan Idulfitri datang lebih awal," ucapnya.

Karena itu, Alphon meminta pengelola mal tidak perlu melawan tren belanja daring secara langsung. Menurut dia, platform online bukan merupakan pesaing tetapi menjadi saluran tambahan bagi pelaku retail.

"Pusat belanja harus fokus pada keunggulan offline seperti pengalaman dan interaksi sosial," tegasnya.

Hal ini jelas Alphonsus karena "customer experience" (pengalaman pelanggan) menjadi kekuatan utama mal dibandingkan dengan berbelanja online.

Mal yang sukses tegas Alphonsus adalah yang menawarkan pengalaman unik dan interaksi sosial nyata. Apalagi fasilitas publik di negeri ini masih minim, sehingga mal menjadi tempat utama bagi masyarakat untuk berinteraksi.

Karena itu, Alphonsus merasa optimistis fenomena Rojali-Rohana akan mereda saat daya beli masyarakat membaik. "Kalau daya beli pulih, tren ini akan jauh berkurang," tandasnya.

Font +
Font -

New Videos

Related UPdates

Popular

Quote of the Day

capture

Abraham Lincoln

"Cara terbaik untuk memprediksi masa depan adalah dengan menciptakannya."
Load More >