UPdates—Beberapa pernikahan di seluruh dunia dianggap tidak lazim atau aneh karena sifat hubungan, pasangan yang terlibat, atau ritual yang dilakukan. Salah satu contohnya adalah pernikahan diri sendiri.
You may also like : 
Konflik NewsJeans vs HYBE Berlanjut, ADOR Bilang Begini
Beberapa individu memilih untuk menikahkan diri mereka sendiri dalam upacara yang dikenal sebagai sologami.
You might be interested : 
Anak Muda sudah Malas Nikah, Penduduk Jepang Berkurang Hampir 1 Juta
Sologami adalah sebuah tindakan simbolis di mana seseorang melakukan upacara pernikahan untuk dirinya sendiri.
Ini bukan pernikahan yang diakui secara hukum, tetapi lebih merupakan pernyataan komitmen mendalam terhadap diri sendiri. Sejak beberapa tahun lalu, tren ini populer di beberapa negara, termasuk di Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Fenomena ini menjadi populer di Korea Selatan dalam beberapa tahun terakhir, di mana penurunan angka pernikahan dan kelahiran menjadi perhatian.
Beberapa alasan yang mendasari sologami adalah keinginan untuk merayakan pencapaian pribadi, mengatasi trauma hubungan, atau sekadar merasakan pengalaman pernikahan.
Meski tidak melibatkan pasangan, beberapa individu yang melakukan sologami mengadakan upacara layaknya pernikahan, lengkap dengan gaun, foto pre-wedding, dan lain-lain.
Sologami mencerminkan perubahan dalam cara orang memandang pernikahan dan komitmen, dengan beberapa individu memilih untuk merayakan cinta dan komitmen mereka terhadap diri sendiri daripada mencari pasangan.
Para perempuan ini menginginkan ekspresi simbolis dari cinta diri. Maka, mereka menikahi diri mereka sendiri.
Konsep pernikahan diri, atau sologami, telah ada selama bertahun-tahun. Dalam episode "Sex and the City" yang ditayangkan pada Agustus 2003, Carrie Bradshaw ingin membalas dendam kepada seorang frenemy dengan mengatakan bahwa ia menikahi dirinya sendiri dan terdaftar di toko sepatu mewah Manolo Blahnik.
Tidak ada data tentang berapa banyak orang yang merayakan sologami dengan upacara, tetapi praktik ini telah dibahas dalam beberapa artikel berita.
Para kritikus mengecam praktik ini sebagai narsistik. Namun, seorang pakar mengatakan orang-orang yang berkomitmen untuk mencintai diri sendiri setelah menjalani penyembuhan batin telah menemukan sesuatu.
“Yang menonjol bagi saya tentang tren ini adalah semakin banyak orang yang menyadari bahwa mereka perlu bertanggung jawab atas kebahagiaan mereka sendiri — bahwa mereka dapat menjalani kehidupan yang memuaskan dan bermakna tanpa harus menjalin hubungan,” kata John Amodeo, seorang terapis dan penulis “Dancing with Fire: A Mindful Way to Loving Relationships” sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari CNN, Jumat, 8 Agustus 2025.
Amodeo menggambarkannya sebagai bentuk narsisme yang sehat. Tanpa mencintai diri sendiri, katanya, orang bergantung pada orang lain untuk merasa berharga dan bernilai.
"Sebenarnya, kurangnya cinta dirilah yang menyebabkan narsisme yang tidak sehat. Kita kemudian terus-menerus membutuhkan validasi dari orang lain untuk mengisi kekosongan batin kita," katanya.
