UPdates—Satu jurnalis Palestina tewas pada hari Minggu waktu setempat dalam serangan udara Israel yang menargetkan lingkungan Al-Zaytoun di tenggara Kota Gaza.
You may also like : Umat Muslim Amerika Kecewa, Kabinet Trump Pro-Israel
Kematian jurnalis tersebut disampaikan sumber medis di wilayah terkepung itu sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari Anadolu, Senin, 14 Juli 2025.
You might be interested : Tentara Wanita Israel Berterima Kasih ke Brigade Al-Qassam Hamas, Ini 3 Alasannya
Serangan itu menewaskan dua warga Palestina, termasuk jurnalis Fadi Khalifa, kata sumber tersebut, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Kematian Fadi Khalifa menambah jumlah jurnalis yang tewas di Gaza sejak dimulainya kampanye militer Israel pada 7 Oktober 2023 menjadi 230 orang. Angka itu berdasarkan data Kantor Media Pemerintah Gaza.
Pada hari Kamis, kantor tersebut menyatakan bahwa jurnalis Ahmad Abu Aisha tewas setelah terkena serangan langsung pesawat tak berawak Israel di depan rumahnya di daerah Sawarha, sebelah barat kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia berharap kesepakatan gencatan senjata Gaza antara Israel dan kelompok Palestina, Hamas, akan segera tercapai.
“Gaza -- kami sedang berdiskusi, dan semoga kami akan menyelesaikannya dalam minggu depan,” kata Trump kepada wartawan di Pangkalan Gabungan Andrews di Maryland.
Trump sebelumnya mengumumkan bahwa Israel menerima persyaratan yang diperlukan untuk gencatan senjata 60 hari di Gaza, dengan proposal yang diajukan kepada Hamas oleh Qatar dan Mesir.
Hamas menanggapi secara positif dan mengatakan siap untuk melanjutkan negosiasi guna mengimplementasikan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera.
Meskipun Israel mengklaim amandemen Hamas terhadap proposal Qatar tidak dapat diterima, delegasinya tetap melakukan perjalanan ke Doha untuk berunding.
Negosiasi di Doha berfokus pada gencatan senjata sementara selama 60 hari, pembebasan 10 sandera Israel yang masih hidup dan 18 sandera Israel yang telah meninggal, serta diskusi tentang gencatan senjata permanen.
Meskipun banyak masalah dilaporkan telah terselesaikan, poin utama yang masih diperdebatkan tetaplah desakan Israel untuk mempertahankan kendali atas zona penyangga di sekeliling Gaza.
Bahkan jika gencatan senjata tercapai, Israel telah mengumumkan rencana untuk tetap mempertahankan kehadiran militernya di Rafah dan mendirikan "kamp penampungan" sebagai bagian dari tujuannya untuk mendeportasi warga Palestina ke negara lain.