UPdates—Di era modern, beberapa tokoh Muslim dikenal karena kedermawanannya yang luar biasa melalui filantropi dan sumbangan amal yang signifikan.
Satu nama yang paling banyak disorot adalah Sulaiman bin Abdul Aziz Al Rajhi. Pendiri Al Rajhi Bank, salah satu bank syariah terbesar di dunia.
Pada 2011, Forbes menetapkannya sebagai orang terkaya ke-120 di dunia. Di 2013, ia menyumbangkan sebagian besar kekayaannya, sekitar $16 hingga $19 miliar untuk amal, hingga kehilangan status miliardernya.
Dana amal tersebut digunakan untuk mendukung berbagai kegiatan pendidikan, keagamaan, kesehatan, dan sosial di Arab Saudi.
Lahir di Al Bukairiyah, Provinsi Al Qassim, Arab Saudi pada 30 November 1928, Sulaiman Al Rajhi adalah pengusaha sukses yang bangkit dari kemiskinan.
Terlahir dalam kemiskinan, ia mulai bekerja pada usia 9 tahun, membawa tas dengan upah enam riyal sebulan, tidur di lantai berkerikil, dan mengenakan pakaian yang sama setiap hari.
Ia melakukan semua pekerjaan yang bisa ia temukan: pencari kurma, juru masak hotel, penjual minyak tanah, kuli angkut, penjaga barang, dan pekerja konstruksi untuk membantu keluarganya.
Pada tahun 1943, ia membuka toko kelontong kecil di Riyadh, dan pada tahun 1957 mendirikan Bank Al-Rajhi bersama saudara-saudaranya setelah bekerja di bisnis pertukaran uang. Bank Al Rajhi kemudian menjadi salah satu bank Islam terbesar di dunia.
Pertumbuhan dan ekspansi bisnis Al Rajhi bersaudara didorong oleh membanjirnya pekerja migran ke Arab Saudi selama masa booming minyak tahun 1970-an.
Keluarga Al Rajhi membantu para pekerja mengirimkan penghasilan mereka ke negara-negara seperti India dan Pakistan.
Pada tahun 1983, mereka mendapatkan izin untuk membuka bank Islam pertama di Arab Saudi, yang akan menerapkan prinsip-prinsip agama seperti larangan bunga.
Ia juga mengembangkan bisnisnya di sektor lain, termasuk mendirikan perusahaan perunggasan terbesar di Timur Tengah, Al Wataniah Poultry, untuk memastikan penyembelihan sesuai syariat Islam.
Kekayaan yang ia miliki hampir seluruhnya didedikasi untuk amal dan filantropi. Ia mendirikan Yayasan Amal Sulaiman Bin Abdul Aziz Al Rajhi yang mendanai berbagai program di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan keagamaan.
Selain itu, ia membangun Sulaiman Al Rajhi University di tanah kelahirannya yang menyediakan pendidikan gratis bagi masyarakat miskin di bidang perbankan dan kesehatan.
Sulaiman Al Rajhi mewakafkan kebun kurma yang memiliki 200.000 pohon kurma dan hasil panennya dibagikan untuk lembaga amal serta Masjidil Haram dan Masjid Nabawi setiap bulan Ramadan. Wakafnya adalah yang terbesar di dunia.
Ia juga membangun masjid di jantung Kota Riyadh yang mampu menampung 18.000 jamaah, menggunakan harta pribadinya serta mendukung proyek-proyek nasional.
Ketika pandemi COVID-19 melanda dunia, perusahaan miliknya mendonasikan 170 juta Riyal dan dua hotel di Mekkah untuk penanganan wabah itu.
Karena kontribusinya terhadap amal, ia dianugerahi Penghargaan Internasional Raja Faisal pada tahun 2012.
Sulaiman bin Abdul Aziz Al Rajhi menyumbangkan hartanya karena ia meyakini harta adalah titipan Allah SWT dan ingin kekayaannya menjadi manfaat yang berkelanjutan di dunia dan akhirat.
Ia meyakini bahwa semua harta adalah milik Allah SWT, dan manusia hanya diberi kepercayaan untuk mengurusnya. Oleh karena itu, ia ingin menyalurkan harta tersebut kembali ke jalan Allah melalui berbagai kegiatan amal.
Ia berprinsip bahwa wakaf dapat memberikan manfaat baginya setelah meninggal dunia. Ia ingin amalnya dapat terus mengalir dan memberikan pahala baginya.
Alasan utama lainnya adalah untuk mencegah konflik di antara anak-anaknya terkait pembagian harta warisan. Ia melihat banyak perusahaan bangkrut akibat sengketa keluarga.
Ia juga ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak-anaknya, dan berharap mereka dapat membangun kekayaan mereka sendiri daripada hanya menerima warisan.
Sepanjang hidupnya, ia juga ingin memberikan teladan hidup sederhana. Meskipun pernah sangat kaya, ia sering mengingatkan dirinya akan masa lalu saat masih kesulitan dengan cara memakai pakaian sederhana untuk menjaga kerendahan hatinya.
Di usia 96 tahun, ia telah menyumbangkan hingga $19 miliar atau dua pertiga dari seluruh kekayaannya untuk amal, dan hanya menyimpan sepertiganya untuk keluarganya. Baginya, kepuasan sejati datang dari memberi, bukan dari mengumpulkan harta.
“Bagi saya, situasi ini bukanlah hal yang aneh. Kondisi keuangan saya mencapai titik nol dua kali dalam hidup saya, sehingga saya memiliki perasaan dan pemahaman (tentang kemiskinan) yang baik. Namun sekarang perasaan itu diiringi oleh kebahagiaan, relaksasi, dan ketenangan pikiran. Fase nol dalam hidup kali ini murni karena keputusan dan pilihan saya sendiri,” katanya sebagaimana dilansir Keidenesia.tv dari Arab News, Jumat, 17 Oktober 2025.
Sulaiman Al Rajhi yang hanya sempat mengecap pendidikan SD juga tak pernah melupakan orang-orang yang sudah berjasa dalam hidupnya. Ia memberikan vila mewah, mobil, dan gaji seumur hidup kepada mantan gurunya sebagai bentuk balasan atas bantuan kecil yang pernah diterimanya di masa lalu.