UPdates - Harga beras di sejumlah wilayah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) semakin hari semakin mahal. Padahal, provinsi berjuluk Bumi Anging Mammiri’ ini berhasil mencatat surplus produksi 932 ton beras.
You may also like : Diduga Langgar Mutu dan Takaran, Hari Ini Polisi Periksa 25 Produsen Beras Kemasan
Kota Palopo, Kabupaten Enrekang, dan Kabupaten Luwu yang termahal, yakni Rp 16.000 hingga Rp 18.000 per kilogram (kg). Angka itu melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) beras medium sebesar Rp 12.500 per kg dan Rp 14.900 per kg (premium).
You might be interested : Demi Pilkada Jurdil, tidak Ada Bantuan Pangan Jelang Pencoblosan
Kenaikan harga beras di Provinsi Sulsel memang terus terjadi dalam beberapa pekan ke belakang. Pertumbuhannya berkisar di angka Rp 500 per kg sampai Rp 3.000 per kg. Perbedaan kenaikan harga bergantung terhadap stok atau kelangkaan beras di masing-masing wilayah.
Harga beras di sejumlah pasar tradisional Kota Makassar sendiri berkisar antara Rp 12.000 hingga Rp 14.000 per kg. Adapun untuk harga beras per karung ukuran 25 kg mencapai Rp 360.000 sampai Rp 400.000 sejak April lalu.
Fenomena tersebut tentu saja sangat aneh, mengingat Provinsi Sulsel berhasil mencatat surplus produksi 932 ton beras hingga Juli 2025. Abdul Gaffar selaku Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (DTPHP) Provinsi Sulsel yang menyampaikan data itu beberapa waktu lalu.
Pemerintah Republik Indonesia (RI) juga mencatat cadangan beras nasional mencapai 4,25 juta ton di Perum Bulog per Juli 2025. Rinciannya adalah 4,24 juta ton untuk Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan stok komersial sebanyak 14.139 ton.
Badan Pangan Nasional (BPN) RI bahkan menyatakan bahwa terjadi surplus beras sebesar 4,58 juta ton hingga Agustus 2025. Jumlah itu berkat hasil produksi domestik 24,96 juta ton, impor 279.000 ton, dan dikurangi konsumsi nasional sebesar 20,66 juta ton.