(foto:Antara/infopublik.id)

Tim Investigasi Insiden Keracunan Makan Bergizi Gratis Libatkan Polri dan BIN

30 September 2025
Font +
Font -

UPdates - Badan Gizi Nasional (BGN) mengambil langkah tegas dengan membentuk dua lini investigasi mendalam terkait kasus keracunan di Makan Bergizi Gratis (MBG) demi memastikan keamanan dan kepercayaan publik terhadap program pangan bergizi yang digagas pemerintah.

You may also like : captureMulai Tahun Depan Program Makan Bergizi Gratis Serap Anggaran Rp1,2 Triliun per Hari

Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, mengungkapkan tim investigasi tersebut terdiri dari unsur Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan Badan Intelijen Negara (BIN).

You might be interested : dadan badan gizi nasionalRamadan, Menu Makan Bergizi Gratis Diganti Kolak dan Bubur Kacang Hijau

Tak hanya itu, BGN juga menggandeng para pakar independen dari berbagai disiplin ilmu untuk memberikan perspektif yang objektif dan komprehensif.

"Di tim investigasi ini kita bentuk dua. Dari dalam ada Deputi Tauwas, itu pemantauan dan pengawasan, nanti akan bekerja sama, di situ ada Kepolisian, BIN, Dinkes, BPOM, dan juga pemda setempat untuk mengadakan investigasi, " kata Nanik, dilansir dari infopublik.id, Selasa, 30 September 2025.

Menurut Nanik, pendekatan multidisiplin ini diharapkan mampu mengungkap seluruh aspek penyebab keracunan, tidak hanya terbatas pada isu Standar Operasional Prosedur (SOP) yang selama ini diduga menjadi salah satu faktor utama. Nanik menekankan pentingnya peninjauan dari berbagai sisi.

Tim independen yang dibentuk BGN ini beranggotakan para ahli kimia, farmasi, chef, serta pakar dari berbagai bidang keilmuan lainnya. Mereka bertugas mendalami secara spesifik 70 kasus keracunan yang dilaporkan terjadi sepanjang Januari hingga September 2025, yang berdampak pada ribuan penerima program MBG.

Data BGN mencatat, dari 70 kasus keracunan tersebut, 5.914 penerima MBG terdampak. Sebaran kasus mencakup wilayah I Sumatera dengan sembilan kasus (1.307 korban), wilayah II Pulau Jawa dengan 41 kasus (3.610 penerima), dan wilayah III (Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali, Nusa Tenggara) dengan 20 kasus (997 penerima).

Penyebab utama keracunan yang berhasil diidentifikasi meliputi kontaminasi bakteri seperti E. Coli (air, nasi, tahu, ayam), Staphylococcus Aureus (tempe, bakso), Salmonella (ayam, telur, sayur), Bacillus Cereus (mie), serta Coliform, PB, dan Klebsiella dari air yang terkontaminasi.

 

Font +
Font -