UPdates - Hingga Minggu, 5 Oktober 2025 malam, satu unit breaker excavator penghancur beton dan dua bucket excavator berbagi tugas membersihkan puing material robohnya gedung musala pondok pesantren Al Khoziny, Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
You may also like : BNPB: Satu Warga Meninggal Dunia Akibat Gempa Poso
Tujuannya masih sama, mengangkat dan membersihkan semua puing reruntuhan agar memudahkan tim pencarian dan pertolongan (Search and Rescue-SAR) menemukan jenazah para korban.
You might be interested : Updates Musala Ponpes Ambruk di Sidoarjo: Korban Meninggal Bertambah
Sedikit demi sedikit, upaya itu membuahkan hasil. Pembersihan puing material telah mencapai 80 persen dan jenazah korban semakin banyak ditemukan.
Dari hasil pendataan sementara pada hari Minggu sejak pukul 00.00 WIB sampai pukul 23.30 WIB yang dirilis oleh Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Ph.D, sebanyak 24 jenazah telah ditemukan, termasuk empat potongan tubuh manusia.
Data ini menambah akumulasi data korban meninggal dunia menjadi 49 orang, sedangkan jumlah bagian tubuh yang ditemukan menjadi lima potongan. Seluruh jenazah dan bagian tubuh itu telah dibawa ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara, Surabaya untuk diidentifikasi.
Berdasarkan temuan jenazah di atas, jumlah korban dalam pencarian pun menyusut menjadi 14 orang. Sedangkan jumlah yang telah ditemukan dalam kondisi selamat ada sebanyak 104 orang, di mana sebanyak 6 masih dalam perawatan secara intensif, 97 orang sudah selesai perawatan dan satu orang kembali ke rumah tanpa perawatan.
Pembersihan Puing Temui Kendala
Setelah material mulai banyak yang terangkat, tim SAR gabungan kemudian dihadapkan pada satu kendala. Ada bagian reruntuhan bangunan yang terhubung dengan gedung lama di sebelahnya. Posisinya berada di selatan gedung utama yang telah roboh. Otomatis, tim harus mengatur strategi baru dan penanganan khusus sebagai pemecahan solusi.
Tim SAR gabungan tidak mau gegabah mengambil keputusan tanpa perhitungan, apalagi kondisi bangunan lama terlihat miring. Apabila dipaksakan, maka dikhawatirkan dapat merusak atau justru memicu robohnya gedung di sebelahnya. Jika itu terjadi, maka akan ada pekerjaan baru yang lebih berat.
Konsultan ahli dari Institut Teknologi Surabaya (ITS) pun didatangkan untuk memberikan rekomendasi. Hasilnya, tim diharuskan membuat penahan gedung lama yang masih berdiri agar selama proses cutting dapat dilakukan tanpa merusak apapun.
Fokus Tetap Pada Operasi SAR
Di tengah kendala yang dihadapi, fokus utama tim SAR adalah tetap melanjutkan pembersihan material yang sudah runtuh di sektor selatan. Tujuannya adalah memaksimalkan penemuan jenazah maupun potongan tubuh lainnya, sampai benar-benar dapat dipastikan semuanya sudah berhasil dievakuasi dari lokasi kejadian.
Setelah semua itu berhasil dilakukan, maka langkah terakhir adalah memotong bagian yang terhubung dengan gedung lainnya. Segenap tim di lapangan terus berupaya semaksimal mungkin agar operasi SAR dan pembersihan dapat berjalan tanpa menimbulkan masalah baru.
Tim SAR gabungan yang bertugas selama 24 jam secara bergantian telah mendapatkan dukungan ketahanan fisik dan stamina selama melaksanakan misi kemanusiaan. Diharapkan seluruh pekerjaan dapat diselesaikan dalam tempo sesingkat-singkatnya.