UPdates—Saat fase pertama gencatan senjata Israel-Hamas di Gaza hampir berakhir, negosiasi pada tahap berikutnya, yang bertujuan untuk mengamankan gencatan senjata permanen, sejauh ini belum meyakinkan.
You may also like : Operasi Pengintaian, Hamas Tangkap 3 Pesawat Nirawak Israel di Gaza
Kelompok pejuang Palestina, Hamas pada hari Sabtu ini menolak "rumusan" Israel untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata alih-alih melanjutkan ke fase kedua seperti yang direncanakan semula, dan menyebutnya tidak dapat diterima.
You might be interested : Baru Satu Hari, Israel sudah Langgar Perjanjian Gencatan Senjata dengan Hizbullah
Juru bicara Hamas Hazem Qassem mengatakan kepada Al Araby TV bahwa tidak ada pembicaraan yang diadakan untuk fase gencatan senjata kedua meskipun fase pertama berakhir pada hari Sabtu.
Qassem mengatakan Israel memikul tanggung jawab karena tidak memulai negosiasi fase kedua, menuduhnya ingin membebaskan tawanan yang tersisa dari Gaza sambil mempertahankan kemungkinan untuk melanjutkan perang.
Komentarnya muncul sehari setelah Hamas mendesak Israel untuk beralih ke fase kedua dan menegaskan komitmen penuhnya untuk menerapkan semua ketentuan perjanjian dalam semua tahap dan detailnya.
Layanan informasi negara Mesir pada hari Jumat mengatakan bahwa pejabat dari Israel bergabung dengan mediator dari Qatar dan Amerika Serikat di Kairo pada hari Kamis untuk diskusi intensif. Namun, negosiasi tersebut tampaknya tidak membuahkan hasil.
Pembicaraan mengenai fase kedua gencatan senjata dimaksudkan untuk menegosiasikan akhir yang komprehensif dari pertempuran di Gaza, termasuk pengembalian semua tawanan yang tersisa dan penarikan penuh pasukan Israel dari wilayah tersebut.
Menurut Israel, ada 59 tawanan yang tersisa di Gaza, 24 di antaranya diyakini masih hidup.
"Kami mengatakan kami siap untuk memperpanjang kerangka kerja [fase pertama] dengan imbalan pembebasan lebih banyak sandera. Jika memungkinkan, kami akan melakukannya," kata Menteri Luar Negeri Israel Gideon kepada wartawan Kamis lalu sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari Al Jazeera, Sabtu, 1 Maret 2025.
Sami al-Arian, seorang profesor di Universitas Zaim Istanbul, mengatakan tidak jelas apa yang akan terjadi selanjutnya. “Utusan Amerika Steve Witkoff telah mengindikasikan bahwa ia ingin menjajaki gagasan untuk memperpanjang fase pertama, yang merupakan posisi Israel. Jadi itu berita buruk bagi negosiasi apa pun karena Hamas tidak akan menyetujuinya,” katanya kepada Al Jazeera.
Sementara itu, organisasi kemanusiaan telah berulang kali mengatakan gencatan senjata harus dilanjutkan jika mereka ingin memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan kepada warga Palestina di daerah kantong pantai tersebut, yang telah hancur selama 15 bulan perang.
“Dampak dari akses kemanusiaan yang aman dan berkelanjutan terlihat jelas. Gencatan senjata harus dipertahankan. Tidak boleh ada jalan kembali,” kata Program Pangan Dunia dalam sebuah postingan di X.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres pada hari Jumat mengatakan bahwa beberapa hari mendatang adalah momen kritis untuk perundingan pada fase kedua gencatan senjata.
“Kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera harus dipertahankan. Beberapa hari mendatang adalah kritis. Para pihak harus berusaha keras untuk menghindari kegagalan kesepakatan ini,” kata Guterres kepada wartawan di markas besar PBB di New York.
Kekhawatiran akan terjadinya kembali pertempuran
Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera, melaporkan dari Gaza, mengatakan bahwa mungkin ada lonjakan dalam aktivitas militer karena tidak ada lagi kewajiban untuk mempertahankan gencatan senjata.
"Itu dibiarkan begitu saja karena para mediator mencoba menahan krisis ini dan mencegah kembalinya pertempuran yang tidak akan membawa apa pun kecuali kehancuran lebih lanjut bagi rakyat Gaza," katanya.
Sementara gencatan senjata telah berlangsung sejak dimulai pada 19 Januari, Kantor Media Pemerintah Gaza (GMO) telah melaporkan lebih dari 350 pelanggaran oleh Israel, termasuk serangan militer, tembakan, serangan udara, pengawasan intensif, dan penghalangan bantuan sejak gencatan senjata dimulai.
Menurut GMO, tentara Israel telah membunuh dan melukai puluhan warga Palestina melalui serangan udara serta penembakan sejak gencatan senjata mulai berlaku.
GMO sebelumnya telah melaporkan penundaan dalam mengizinkan keluarga pengungsi untuk kembali ke daerah-daerah di Gaza utara serta kekurangan dalam tingkat bantuan yang disepakati yang diizinkan masuk ke daerah kantong tersebut.