UPdates - Mesir untuk pertama kalinya menyebut Israel sebagai musuh. Hal ini terlontar saat pidato Presiden Mesir, Abdel Fattah El Sisi di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Darurat Arab-Islam di Doha, Qatar, Senin, 15 September 2025 lalu.
You may also like : Trump Ingin Perang Gaza Diakhiri sebelum Ia Menjabat Kembali sebagai Presiden Amerika
Dalam pidato penutupnya, El Sisi menyebut Israel sebagai "musuh".
You might be interested : Komandan IRGC: Iran akan Bikin Israel Menyesal
"Kita harus mengubah cara musuh memandang kita," kata El Sisi, dilansir Keidenesia.TV dari CNNIndonesia, Rabu, 17 September 2025.
Kepala Badan Informasi Negara (State Information Service/SIS), Diaa Rashwan, mengatakan pernyataan Presiden El Sisi tersebut merupakan yang paling keras diucapkan pemerintah Mesir sejak 1977.
"Mereka harus melihat sebuah negara Arab yang membentang dari Atlantik hingga Teluk, bersatu di bawah satu payung yang mencakup semua negara Islam," lanjutnya.
Menurut Rashwan, ini merupakan kali pertama pejabat tinggi Mesir menggunakan istilah "musuh". Terakhir kali kata itu dipakai yaitu sebelum Mesir-Israel rujuk pada 1979.
"Terakhir kali kata 'musuh' digunakan oleh pejabat tinggi Mesir atau pejabat negara mana pun yaitu sebelum perjanjian damai," kata Rashwan kepada saluran TV Extra News, seperti dikutip Middle East Monitor.
"Ini adalah pertama kalinya Presiden Republik Arab Mesir mengucapkan kata 'musuh' sejak 11 November 1977, hari ketika Presiden Sadat mengunjungi Yerusalem, dan hal itu tidak pernah terulang lagi sejak itu. Implikasinya sangat signifikan," lanjutnya.
Rashwan menuturkan pengucapan kata ini menegaskan bagaimana posisi Mesir terhadap Israel saat ini.
"Istilah tersebut sesuai dengan realitas saat ini, karena Mesir sedang terancam dan hanya musuh yang mengancam keamanan nasional," ujarnya.
Rashwan merujuk pada pernyataan El Sisi yang menyebut bahwa ancaman pengusiran warga Palestina merupakan hal yang "tidak akan pernah kami terima dalam kondisi apa pun." Rashwan juga mencatat bahwa pidato El Sisi di KTT Darurat bertujuan menyadarkan kembali negara-negara mengenai "tujuan utama" dalam masalah Palestina.
"Ungkapan ini pernah digunakan di masa lalu ketika perjuangan Palestina dimulai. Namun (sekarang) banyak yang mengabaikannya, melupakannya, atau merasa harus menguburnya karena percaya bahwa Israel adalah negara yang cinta damai," tukasnya.