UPdates—Perlawanan pejuang Palestina menghadapi penjajahan dan genosida Israel di Gaza terus berlanjut. Di tengah keterbatasan akibat pengepungan dan penghalangan bantuan pangan untuk masuk ke wilayah yang sudah porak-poranda itu, mereka masih bisa menimbulkan kerugian pada pasukan negara zionis tersebut.
You may also like : Trump Ingin Perang Gaza Diakhiri sebelum Ia Menjabat Kembali sebagai Presiden Amerika
Paling baru, tiga tentara Israel tewas, dan 12 lainnya terluka, termasuk dua yang kritis, selama pertempuran sengit dengan pejuang perlawanan Palestina pada hari Senin di Jabalia, Jalur Gaza utara.
You might be interested : Korban Tewas akibat Genosida di Gaza Tembus 45.028, Terluka 106.962 Orang
Pernyataan Angkatan Darat Israel dan laporan Haaretz yang dilansir keidenesia.tv dari Anadolu Agency, Selasa, 10 Desember 2024, menyebut bahwa korban tewas adalah tentara dari Batalyon Shaked dari Brigade Givati.
Dalam pernyataannya, Angkatan Darat menambahkan bahwa satu tentara dari unit Sky Rider di Korps Artileri dan seorang prajurit cadangan dari Batalyon Shaked terluka parah dalam pertempuran yang sama.
Pernyataan tersebut tidak memberikan rincian spesifik mengenai keadaan para prajurit yang tewas dan terluka tersebut.
Menurut laporan Haaretz, pejuang Palestina menembakkan rudal anti-tank ke arah para prajurit di Jabalia. Laporan tersebut mencatat bahwa, selain tiga korban tewas, 12 prajurit mengalami cedera, dengan dua dalam kondisi kritis. Mereka yang terluka kritis diterbangkan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Dengan tewasnya para prajurit tersebut, jumlah korban tewas dari kalangan militer Israel yang diumumkan secara resmi sejak dimulainya genosida Gaza pada 7 Oktober 2023 meningkat menjadi 816.
Selain itu, ada ribuan tentara lainnya yang terluka dan mengalami kecacatan permanen. Sejumlah laporan juga menyebut bahwa ribuan tentara Israel lainnya mengalami trauma mental dengan beberapa di antaranya bunuh diri.
Israel melancarkan perang genosida di Jalur Gaza yang telah menewaskan hampir 44.800 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober tahun lalu. Serangan dadakan itu dilakukan pejuang Palestina sebagai bentuk perlawanan terhadap penindasan dan penjajahan selama puluhan tahun.
Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di Gaza. Pada saat bersamaan, tekanan dunia internasional makin kencang. Meski begitu, dengan dukungan Amerika Serikat, Israel terus menggempur Gaza.