Anggota Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas di Khan Yunis, Gaza pada 20 Februari 2025.(Foto: Ali Jadallah - Anadolu Agency)

Hamas Siap Perang Panjang, Israel Klaim Indonesia Siap Tampung Warga Gaza, Trump Minta Gencatan Senjata

19 July 2025
Font +
Font -

UPdates—Sayap bersenjata Hamas, Brigade Al-Qassam mengatakan pada hari Jumat waktu setempat bahwa faksi-faksi Palestina siap untuk perang atrisi panjang melawan Israel.

You may also like : hamas pmi sanderaBerterima Kasih ke Hamas, Sandera Israel: Saya Sangat Marah pada Pemerintah Israel

“Setelah 21 bulan sejak Operasi Banjir Al-Aqsa dan perang Zionis-Nazi terhadap rakyat kami, kami menegaskan bahwa para pejuang kami dan saudara-saudara mereka di faksi-faksi perlawanan sepenuhnya siap untuk melanjutkan perang atrisi yang panjang melawan pendudukan, terlepas dari bentuk agresinya,” kata juru bicara Al-Qassam, Abu Obaida sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari Anadolu, Sabtu, 19 Juli 2025.

You might be interested : trump netanyahu afpLanggar Gencatan Senjata, Trump: Saya tidak Senang dengan Israel

Dalam rekaman pidatonya yang pertama sejak 6 Maret, Abu Obaida mengatakan bahwa para pejuang mereka telah mencoba dalam beberapa minggu terakhir untuk melakukan beberapa operasi penculikan yang menargetkan tentara Israel.

Menurutnya, beberapa di antaranya hampir berhasil. Akan tetapil, tentara Israel menggunakan protokol Hannibal untuk mencegah faksi-faksi Palestina menangkap tentaranya di Gaza.

Protokol Hannibal mengizinkan penggunaan senjata berat ketika seorang tentara Israel ditangkap untuk mencegah para penculik meninggalkan tempat kejadian, bahkan jika hal ini membahayakan tawanan.

“Selama beberapa bulan terakhir, ratusan tentara musuh telah tewas dan terluka, di samping ribuan lainnya yang menderita penyakit psikologis dan trauma, di saat jumlah tentara yang bunuh diri meningkat karena kengerian tindakan berdarah yang mereka lakukan dan beratnya perlawanan yang mereka hadapi,” ujarnya.

Abu Obaida menegaskan bahwa para pejuang Al-Qassam mengejutkan musuh dengan taktik dan metode baru dan beragam. Itu menurutnya mereka bisa lakukan setelah mempelajari konfrontasi terpanjang dalam sejarah rakyat Palestina.

Mengenai negosiasi gencatan senjata Gaza, ia mengatakan bahwa mereka sangat mendukung posisi delegasi negosiasi perlawanan Palestina dalam perundingan tidak langsung dengan Israel.

"Pemerintah kriminal Netanyahu tidak peduli dengan para tahanan (Israel) karena mereka adalah tentara, dan berkas mereka bukanlah prioritas," katanya.

Ia menuduh Israel menghalangi kesepakatan dalam perundingan untuk gencatan senjata sementara dan pembebasan sandera di Gaza.

Negosiator kedua belah pihak telah melakukan perundingan tidak langsung di Qatar sejak 6 Juli untuk mencoba menyepakati gencatan senjata 60 hari dalam konflik tersebut, yang akan membebaskan 10 sandera.

Akan tetapi, setelah hampir dua minggu, tidak ada terobosan dan masing-masing pihak saling menyalahkan karena menolak mengalah pada tuntutan utama mereka.

Hamas ingin mengakhiri perang secara permanen dengan membebaskan semua sandera dan militer Israel angkat kaki dari Gaza. Sementara Israel ingin tetap mengontrol Gaza dan menghancurkan Hamas sepenuhnya.

Abu Obaida menegaskan, meskipun kelompok tersebut mendukung tercapainya gencatan senjata sementara dalam perang Gaza, jika kesepakatan tersebut tidak tercapai dalam negosiasi saat ini, mereka dapat kembali bersikeras pada paket kesepakatan penuh untuk mengakhiri konflik.

Ia menegaskan, Hamas telah berulang kali menawarkan untuk membebaskan semua sandera yang ditahan di Gaza dan menyelesaikan perjanjian gencatan senjata permanen, dan Israel menolaknya.

"Jika musuh tetap keras kepala dan menghindari putaran ini seperti yang telah dilakukannya sebelumnya, kami tidak dapat menjamin kembalinya kesepakatan parsial atau usulan 10 tawanan," kata Abu Obaida sebagaimana dilansir dari Gulf Times.

Dua pejabat Hamas kepada Reuters mengatakan, masalah utama negosiasi ini adalah peta penarikan pasukan Israel, mekanisme pengiriman bantuan ke Gaza, dan jaminan bahwa gencatan senjata pada akhirnya akan mengakhiri perang.

Israel Minta Bantuan Amerika Bujuk Libya, Indonesia, dan Etiopia Menerima Warga Gaza

Sementara itu, Israel dilaporkan ingin meminta bantuan Amerika Serikat untuk meyakinkan berbagai negara agar menerima warga Palestina yang ingin meninggalkan Gaza di tengah berlanjutnya perang di wilayah tersebut.

Axios melaporkan pada hari Jumat waktu AS bahwa Kepala Mossad, David Barnea, bertemu dengan Utusan Khusus Steve Witkoff untuk tujuan tersebut. Ia mengatakan Etiopia, Indonesia, dan Libya telah menyatakan keterbukaan untuk menerima warga Palestina dalam jumlah besar.

Surat kabar tersebut mencatat bahwa meskipun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan semua orang yang akan pergi akan melakukannya dengan sukarela, AS dan para ahli hukum menyebut kemungkinan tersebut sebagai kejahatan perang.

Axios mencatat, Witkoff dilaporkan tidak membuat komitmen apa pun, dan Gedung Putih menunjukkan kesediaan yang lebih rendah untuk mendukung inisiatif tersebut setelah mendapat penolakan dari negara-negara Arab.

Trump Ingin Gencatan Senjata

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Jumat malam bahwa 10 sandera lagi yang ditahan di Gaza akan dibebaskan "segera", seiring dengan upaya pemerintahannya yang mendorong gencatan senjata 60 hari antara Israel dan Hamas.

Pernyataan tersebut muncul ketika para pejabat Israel memperingatkan bahwa perundingan di Doha menghadapi hambatan serius, dengan menuduh Hamas menunda-nunda persyaratan penting.

"Kami telah memulangkan sebagian besar sandera. 10 sandera lagi akan segera tiba, dan kami berharap ini segera selesai," kata Trump saat makan malam dengan para senator Republik di Gedung Putih sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari Ynet.

Pada kesempatan itu, Trump juga memuji utusan Timur Tengahnya, Steve Witkoff. Ia menyebut Steve Witkoff luar biasa.

Font +
Font -

New Videos

Related UPdates

Popular

Quote of the Day

capture

Abraham Lincoln

"Cara terbaik untuk memprediksi masa depan adalah dengan menciptakannya."
Load More >