UPdates - Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan (Dinkes Sulsel) mencatat ada 1.636 kasus HIV-AIDS sepanjang periode Januari hingga September 2024. Dari jumlah tersebut, sebanyak 741 kasus di antaranya disebabkan oleh perilaku lelaki seks lelaki (LSL).
Dirangkum Keidenesia dari berbagai sumber, angka ini menunjukkan tren peningkatan kasus HIV-AIDS di Sulsel dari tahun ke tahun. Pada 2021, jumlah penderita HIV di provinsi ini tercatat sebanyak 1.490 kasus, lalu meningkat menjadi 2.069 kasus pada 2022 dan 2.098 kasus pada 2023.
Dengan lebih dari 1.600 kasus tercatat per September 2024, diperkirakan jumlah kasus HIV-AIDS pada akhir tahun ini akan melebihi angka 2.000.
Bahkan, kasus HIV-AIDS pada 2024 sendiri akan tembus lebih dari 2.000. sebab hingga September sudah tercatat 1.636 kasus.
Makassar tercatat sebagai daerah dengan jumlah kasus terbanyak, yaitu 702 kasus, diikuti oleh Gowa dengan 112 kasus. Beberapa daerah lainnya yang juga melaporkan angka signifikan antara lain Kota Palopo (89 kasus), Bone (73 kasus), dan Selayar dengan angka kasus terendah, yaitu 12 kasus.
Sebagian besar kasus HIV-AIDS di Sulsel, sekitar 40 hingga 45 persen, disebabkan oleh perilaku lelaki seks lelaki (LSL), sedangkan sekitar 39 persen di antaranya melibatkan pekerja seks komersial (WTS). Dalam hal ini, para pelanggan WTS yang terjangkit HIV-AIDS juga sebagian besar adalah lelaki.
Dinkes Sulsel memfokuskan upaya deteksi pada empat kelompok berisiko tinggi, yaitu waria, pekerja seks komersial, dan pengguna napza suntik (penasun), yang mayoritas adalah laki-laki.
Dinkes Sulsel juga menyebut bahwa fenomena HIV-AIDS ini ibarat "gunung es", di mana semakin banyak tes yang dilakukan, semakin banyak pula penderita yang ditemukan.
Oleh karena itu, upaya peningkatan kapasitas rumah sakit melalui pendanaan APBN sejak 2021, diharapkan dapat meningkatkan deteksi dan pengobatan HIV-AIDS.
