UPdates—Media Amerika Serikat melaporkan bahwa Rusia berusaha keras untuk mendapatkan akses ke pangkalan militer di Papua.
You may also like : Penumpang Curhat di Medsos Dipaksa Serahkan Kursi Kelas Satunya ke Anjing Penumpang Lain
Situs berita pertahanan Janes melaporkan bahwa Moskow telah mengajukan permintaan resmi untuk menempatkan pesawat Rusia di Pangkalan Angkatan Udara Manuhua di Kabupaten Biak Numfor.
You might be interested : Waduh, Pengantin Wanita Mengira hanya Konten, Ternyata Pernikahan Resmi
Kremlin, ketika ditanya tentang laporan bahwa Rusia telah meminta izin kepada Indonesia untuk menempatkan pesawat di wilayahnya, mengatakan bahwa ada banyak berita palsu yang beredar.
Pada tahun 2017, Rusia menerbangkan dua pesawat pengebom berkemampuan nuklir dalam misi patroli dari pangkalan tersebut yang tampaknya merupakan latihan pengumpulan intelijen.
Prospek pesawat militer Rusia yang ditempatkan begitu dekat dengan daratan utama Australia akan membunyikan alarm di Canberra dan menyebabkan perdebatan yang sengit.
Makanya, pejabat Australia bergegas memverifikasi laporan tersebut dan pada Selasa malam Richard Marles mengatakan kepada ABC bahwa ia telah berbicara dengan Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin.
"Saya telah berbicara dengan mitra saya, Sjafrie Sjamsoeddin, menteri pertahanan, dan ia telah mengatakan kepada saya dengan sejelas-jelasnya, laporan tentang prospek pesawat Rusia yang beroperasi dari Indonesia sama sekali tidak benar," katanya sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari ABC, Selasa, 15 April 2025.
ABC telah diberi tahu bahwa menteri pertahanan Indonesia memberi tahu Marles bahwa ia belum menerima permintaan Rusia untuk mengakses pangkalan tersebut — meskipun itu tidak menutup kemungkinan bahwa permintaan tersebut diajukan pada tingkat yang lebih rendah.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Penny Wong mengatakan kepada wartawan bahwa pejabat Australia sedang mencari informasi lebih lanjut dari Jakarta tentang laporan tersebut.
"Belum Ada Kesepakatan yang Tuntas"
Satu sumber di Jakarta mengecilkan kemungkinan Indonesia mengabulkan permintaan tersebut, dengan mengatakan bahwa hal itu akan membahayakan prinsip-prinsip kebijakan luar negerinya yang sudah lama berlaku.
Malcolm Davis dari Australian Strategic Policy Institute mengatakan kepada ABC bahwa Indonesia mungkin menolak permintaan dari Rusia.
"Ini belum ada kesepakatan yang tuntas, dan mungkin saja gagal. Australia, Jepang, dan Amerika akan menekan Indonesia untuk mengatakan tidak," kata Davis.
Namun, ia mengatakan jika Jakarta benar-benar memberi lampu hijau, maka lebih banyak aset militer AS dan Australia akan ditempatkan dalam jangkauan langsung pasukan militer Rusia.
Australia telah berupaya untuk memperluas hubungan pertahanan dan keamanan dengan Indonesia. Tetapi menurut ABC, Moskow juga semakin dekat dengan Jakarta, dengan salah satu pejabat militer senior Rusia Sergei Shogiu mengunjungi Indonesia pada bulan Februari.
Dan sementara fokus utama Presiden Rusia Vladimir Putin tetap pada perangnya melawan Ukraina, ia telah berupaya untuk memperluas hubungan militer lebih jauh di luar negeri, dengan Rusia dan Indonesia mengadakan latihan angkatan laut di Laut Jawa pada bulan November.
Saat itu, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov, mengatakan latihan tersebut merupakan peristiwa penting dan bahwa angkatan laut kedua negara siap untuk meningkatkan rasa saling percaya dan pengertian untuk bekerja sama di berbagai bidang.
Pada bulan Juli tahun lalu, Menteri Pertahanan Rusia Andrei Belousov juga mengadakan pembicaraan dengan Prabowo Subianto, yang saat itu masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan.
Pemerintah Australia yakin bahwa Rusia dan Tiongkok juga semakin fokus pada meningkatnya kehadiran militer AS di Darwin dan Wilayah Utara.
"Tidak Diterima di Lingkungan Kami"
Pemimpin Oposisi Australia, Peter Dutton mengatakan akan menjadi kegagalan hubungan diplomatik yang fatal jika pemerintah tidak mendapat peringatan sebelumnya tentang permintaan tersebut sebelum diumumkan ke publik.
"Ini adalah perkembangan yang sangat, sangat meresahkan dan dugaan bahwa entah bagaimana Rusia akan menempatkan beberapa aset mereka di Indonesia yang jaraknya dekat dari, tentu saja, wilayah utara negara kami," kata Dutton.
"Kami perlu memastikan bahwa pemerintah menjelaskan dengan tepat apa yang telah terjadi di sini," lanjutnya.
Ketika ditanya apa pesannya kepada Putin, Dutton menjawab: "Bahwa dia tidak diterima di lingkungan kami."
"Kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan Indonesia. Saya pernah bertemu dengan presiden, baik saat ia menjabat sebagai menteri pertahanan maupun saat ia terpilih sebagai presiden … Prabowo adalah sahabat baik Australia," tegasnya.
Ia melanjutkan, "Namun, pesan saya kepada Presiden Putin adalah bahwa kami tidak memiliki nilai-nilai yang sama dengan Presiden Putin, dan kami tidak menginginkan kehadiran, kehadiran militer, dari Rusia di kawasan kami."
Perdana Menteri Anthony Albanese tidak mengatakan kapan pemerintah mengetahui tentang permintaan yang dilaporkan tersebut, tetapi mengatakan bahwa mereka masih mencari informasi.
"Yang kami cari adalah klarifikasi yang tepat. Begitulah cara Anda menangani hubungan internasional," katanya kepada wartawan.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan kepada ABC bahwa ia belum mendengar tentang permintaan tersebut.
Sementara juru bicara Kementerian Pertahanan Indonesia Brigadir Jenderal Freda Ferdinand Wenas Inkiriwang mengatakan bahwa ia tidak memantau masalah tersebut.