
UPdates—Badan intelijen militer Ukraina (HUR) melaporkan bahwa lebih dari 600 tentara Rusia telah tewas di Distrik Militer Pusat Rusia sejak 2024 akibat penyebab non-tempur, termasuk penggunaan narkoba, kondisi kehidupan yang buruk, dan bunuh diri.
You may also like :
Kabar Rusia akan Tempatkan Pesawat Militer di Papua Bikin "Panik" Australia dan Amerika
Dalam pernyataan yang dirilis minggu ini, HUR menyatakan bahwa kematian tersebut terkait dengan kondisi tidak sehat, alkoholisme, dan penyalahgunaan narkotika di antara personel.
You might be interested :
Eks Marinir yang Ikut Perang di Rusia Minta Maaf dan Ingin Pulang, Begini Respons DPR dan Pemerintah
Sebagaimana dilansir Keidenesia.tv dari Kyiv Post, Senin, 10 November 2025, Badan tersebut mengklaim bahwa setidaknya 71 kasus bunuh diri tercatat pada tahun 2024 dan 86 kasus lainnya telah dilaporkan pada paruh pertama tahun 2025.
HUR juga menuduh bahwa 32 tentara tewas akibat keracunan makanan dan 112 akibat overdosis obat sepanjang tahun ini.
Mereka menggambarkan situasi ini sebagai bukti menurunnya moral militer Rusia.
Bulan lalu, rencana Rusia untuk menambah pasukan pendudukannya di Ukraina terhenti, terutama di beberapa wilayah termiskin dan terpencil di negara itu, termasuk Republik Sakha (Yakutia).
HUR, mengutip dokumen internal dari Kementerian Pertahanan Rusia, menuduh bahwa upaya perekrutan di seluruh wilayah Rusia, khususnya di Republik Sakha (Yakutia), tidak mencapai target Kremlin.
Menurut HUR, pusat-pusat pendaftaran di wilayah tersebut dilaporkan gagal memenuhi sekitar 40% kuota mereka.
Kekurangan ini menggarisbawahi meningkatnya ketidakpuasan di antara penduduk dan meningkatnya kelelahan akibat perang, yang kini memasuki tahun keempat.
Laporan HUR menyebutkan bahwa faktor utama lain di balik krisis perekrutan adalah tingginya angka korban jiwa di antara penduduk lokal – terutama di antara kelompok etnis pribumi seperti Yakut, Evenki, dan Even, yang semakin menolak untuk berjuang dan mati demi kepentingan Moskow.