UPdates - Pemerintahan Presiden Donald Trump pada Sabtu waktu setempat mengumumkan pengerahan 2.000 pasukan Garda Nasional untuk meredam kerusuhan di Los Angeles.
You may also like : Pertama Kali dalam 40 Tahun, Pelantikan Trump di dalam Ruangan
Dilansir dari CNBCIndonesia, Gubernur California Gavin Newsom mengecam keputusan tersebut dan menyebutnya sebagai tindakan yang sengaja memprovokasi. Dalam unggahannya di X, Newsom mengatakan Trump menginginkan tontonan, bukan karena kekurangan aparat penegak hukum.
You might be interested : Ngaku Keluarganya Diculik, Penumpang Coba Bajak Pesawat untuk Pergi ke Amerika
Newsom menilai ancaman Hegseth untuk mengerahkan Marinir aktif terhadap warga AS sebagai tindakan yang tidak waras. Ia mengimbau warga agar tidak terprovokasi dan tetap menyuarakan pendapat secara damai.
Trump melalui platform Truth Social mengatakan bahwa jika Newsom dan Wali Kota Los Angeles Karen Bass tak mampu menjalankan tugas, maka pemerintah federal akan turun tangan. Ia menambahkan akan menangani "KERUSUHAN & PENJARAH" sebagaimana mestinya.
Aksi protes tersebut mempertemukan Los Angeles yang dikuasai Partai Demokrat dengan Gedung Putih pimpinan Partai Republik yang sedang gencar memperketat kebijakan imigrasi. Ketegangan ini semakin memperdalam jurang politik antara negara bagian dan pemerintah pusat.
Sementara itu, dilansir dari Reuters, Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menyatakan Pentagon siap mengerahkan pasukan aktif jika kekerasan terus berlanjut. Ia menegaskan bahwa Marinir di Camp Pendleton kini berada dalam status siaga tinggi.
Trump menandatangani memorandum presiden untuk pengerahan Garda Nasional guna menangani "ketidaktertiban yang dibiarkan tumbuh," menurut pernyataan Gedung Putih. Koordinator kebijakan perbatasan Trump, Tom Homan, menyebut pengerahan akan dilakukan pada Sabtu di Los Angeles.
Wakil Presiden JD Vance menyebut para demonstran sebagai "pemberontak" yang membawa bendera asing dan menyerang petugas imigrasi. Ia menilai sebagian pemimpin politik AS menganggap penegakan hukum perbatasan sebagai hal yang jahat.
Gelombang protes pertama pecah pada Jumat malam setelah Immigration and Customs Enforcement (ICE) melakukan operasi penegakan hukum dan menangkap sedikitnya 44 orang atas dugaan pelanggaran imigrasi. Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) menyebut sekitar 1.000 orang terlibat dalam kerusuhan pada hari tersebut.
Trump berjanji akan mendeportasi jumlah rekor migran dan memperketat perbatasan AS-Meksiko. Gedung Putih bahkan menetapkan target agar ICE menangkap setidaknya 3.000 migran per hari.
Namun, kebijakan imigrasi Trump yang meluas juga menjaring warga yang tinggal secara sah, termasuk pemegang kartu hijau. Kebijakan ini pun memicu sejumlah gugatan hukum.