UPdates - Menteri Tenaga Kerja dan Jaminan Sosial Kuba, Marta Elena Feito Cabrera mengundurkan diri setelah mengatakan tidak ada pengemis di Kuba. Menurutnya, mereka hanyalah orang-orang yang berpura-pura menjadi pengemis.
You may also like : Gempa 7,6 Skala Richter di Karibia, Peringatan Tsunami 3 Meter di Kuba
Pernyataan Marta Elena Feito Cabrera yang mengabaikan kemiskinan di negara kepulauan Karibia itu pun memicu reaksi kemarahan publik.
You might be interested : Wow, Patung yang Diduga Palsu Ini Ternyata Terjual Rp15,7 Miliar
Disadur dari Aljazeera, Kamis, 17 Juli 2025, Kepresidenan Kuba mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial pada hari Rabu, 16 Juli 2025 waktu setempat, bahwa Feito telah "mengakui kesalahannya dan mengajukan pengunduran dirinya" atas "kurangnya objektivitas dan kepekaan" dalam menyikapi isu-isu yang "berada di pusat manajemen politik dan pemerintahan".
Berita itu muncul sehari setelah Feito menyampaikan komentar tentang kemiskinan di negara kepulauan itu kepada para wakil di komite Majelis Nasional.
"Kami pernah melihat orang-orang, tampaknya pengemis, tetapi ketika Anda melihat tangan mereka, melihat pakaian yang mereka kenakan, mereka menyamar sebagai pengemis. Mereka bukan pengemis," kata Feito.
“Di Kuba, tidak ada pengemis,” katanya.
Menteri tersebut menambahkan bahwa orang-orang yang membersihkan kaca depan mobil menjalani kehidupan yang “mudah” dan mereka menggunakan uang yang mereka hasilkan untuk “minum alkohol”.
Feito juga mengecam keras orang-orang yang mengais-ngais sampah, dengan mengatakan bahwa mereka mengumpulkan materi “untuk dijual kembali dan tidak membayar pajak”.
Pernyataan itu dengan cepat menjadi viral, memicu seruan untuk pemakzulan Feito dan gelombang kritik di negara yang mengalami situasi ekonomi sulit dalam beberapa tahun terakhir.
Bahkan Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel pun mengkritiknya.
Tanpa menyebut namanya, melainkan merujuk pada rapat di komite Majelis Nasional yang dihadiri Feito, Diaz-Canel mengatakan di akun X-nya: "Kurangnya kepekaan dalam menyikapi kerentanan sangat dipertanyakan. Revolusi tidak boleh meninggalkan siapa pun; itulah moto kami, tanggung jawab militan kami."
Kuba menyalahkan kesulitan ekonominya pada embargo perdagangan Amerika Serikat era Perang Dingin, yang mempersulit transaksi keuangan dan perolehan kebutuhan pokok, seperti bahan bakar dan suku cadang.
AS memberlakukan embargo tersebut pada tahun 1960 setelah Revolusi Kuba, yang dipimpin oleh Fidel Castro. Embargo tersebut dikritik secara luas dengan 185 dari 193 negara di Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan suara untuk mengutuknya.