UPdates—Otoritas Suriah menutup bandara Aleppo serta semua jalan menuju kota tersebut pada hari Sabtu. Tiga sumber militer mengatakan hal itu kepada Reuters sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari Asharq Al-Awsat, Sabtu, 30 November 2024.
You may also like : Serangan Israel di Suriah Picu Gempa Bumi 3,0 Skala Richter
Kelompok yang menentang Presiden Bashar al-Assad sementara itu mengklaim mereka telah mencapai jantung Aleppo.
You might be interested : Iran Sebut 11.000 Teroris ISIS Dilatih di Kamp-kamp Amerika untuk Serbu Irak
Pejuang oposisi, yang dipimpin oleh kelompok jihadis Hayat Tahrir al-Sham, melakukan penyisiran mendadak melalui kota-kota yang dikuasai pemerintah minggu ini dan mencapai Aleppo hampir satu dekade setelah dipaksa keluar oleh Assad dan sekutunya.
Rusia, salah satu sekutu utama Assad, telah menjanjikan bantuan militer tambahan kepada Damaskus untuk menggagalkan perlawanan, kata dua sumber militer, seraya menambahkan perangkat keras baru akan mulai berdatangan dalam 72 jam ke depan.
Tentara Suriah telah diperintahkan untuk mengikuti perintah "penarikan pasukan secara aman" dari area utama kota yang telah dimasuki oposisi, kata tiga sumber militer.
Para pejuang memulai serangan mereka pada hari Rabu dan pada Jumat malam, ruang operasi yang mewakili serangan tersebut mengatakan bahwa mereka telah menyapu bersih berbagai lingkungan di Aleppo.
Mereka kembali ke kota tersebut untuk pertama kalinya sejak 2016, ketika Assad dan sekutunya Rusia, Iran, dan milisi Syiah regional merebutnya kembali, dengan para pejuang opisisi setuju untuk mundur setelah berbulan-bulan dibombardir dan dikepung.
Mustafa Abdul Jaber, seorang komandan di brigade oposisi Jaish al-Izza, mengatakan bahwa kemajuan cepat mereka minggu ini telah dibantu oleh kurangnya dukungan Iran di provinsi Aleppo yang lebih luas. Sekutu Iran di wilayah tersebut telah menderita serangkaian pukulan akibat serangan Israel saat perang Gaza meluas ke Timur Tengah.
Pejuang oposisi mengatakan kampanye itu sebagai tanggapan atas serangan yang meningkat dalam beberapa minggu terakhir terhadap warga sipil oleh angkatan udara Rusia dan Suriah di daerah-daerah di Idlib yang dikuasai oposisi, dan untuk mencegah serangan apa pun oleh tentara Suriah.
Sumber oposisi yang berhubungan dengan intelijen Turki mengatakan Turkiye, yang mendukung oposisi, telah memberikan lampu hijau untuk serangan itu.
Namun juru bicara kementerian luar negeri Turki Oncu Keceli mengatakan pada hari Jumat bahwa Turkiye berusaha menghindari ketidakstabilan yang lebih besar di wilayah tersebut dan telah memperingatkan serangan baru-baru ini merusak perjanjian de-eskalasi.
Serangan itu adalah yang terbesar sejak Maret 2020, ketika Rusia dan Turkiye menyetujui kesepakatan untuk meredakan konflik.